"Pertarungan dua kandidat antara Khofifah dan Gus Ipul memang selalu ketat, meski saat ini Gus Ipul masih unggul. Pertarungan ini ibarat el clasico kalau di Liga Spanyol, selalu ketat dan mendebarkan sampai akhir laga," ujar Direktur Puskep FISIP Unair Putu Aditya dalam jumpa pers di Surabaya, Selasa (29/5/2018).
Puti mengatakan, survei ini digelar mulai tanggal 12- hingga 9 Mei 2018 di 38 kabupaten/kota seluruh Jatim dengan jumlah responden 800 orang. Survei ini juga memiliki margin of error 2% dengan tingkat kepercayaan 98 persen.
Sementara dari data yang ada di sisi popularitas, Gus Ipul juga berhasil unggul dibanding Khofifah dengan selisih lebih dari 7%. Data yang ada, popularitas Gus Ipul sebesar 97,96% sementara Khofifah 90,1%.
Namun angka survei popularitas cawagub ada di kisaran yang sangat tipis yakni kurang dari 1%, Dari datanya, popularitas Emil 85,1% sedangkan Puti sebesar 84,5%.
Dalam survei ini, Putu juga menganalisa dimana saja daerah yang pemilihnya lebih cenderung pada salah satu paslon. Hasilnya, dari aspek geografis, pemilih Gus Ipul-Puti lebih banyak di kawasan Arek yakni Surabaya sekitarnya hingga Malang Raya, di Tapal Kuda yakni Pasuruan hingga ke arah timur Jatim, dan Mataraman dalam atau kawasan barat Jatim.
"Keunggulan terbesar pasangan nomor urut 2 ini ada di Tapal Kuda," lanjut Putu.
Sementara pendukung Khofifah-Emil banyak yang berada di Mataraman pesisir yakni di Tuban, Lamongan, Gresik dan Madura. "Kontribusi suara dari Madura ke Khofifah sebesar 55,9%," tambahnya.
Menilik dari banyaknya janji kerja dan program dari kedua paslon, tak lupa Putu juga melihat bagaimana respon dan penerimaan masyarakat terhadap program keduanya.
Hasilnya, program Khofifah-Emil dinilai lebih realistis oleh 37,6% responden, namun 33,1% pendapat lain menyatakan programbya tidak realistis, sementara sisanya mengatakan tidak tahu.
Untuk Gus Ipul-Puti, angka kepercayaan respoden lebih besar. Yakni sebanyak 46,4% responden menyatakan program keduanya realistis untuk dilaksanakan, 30,4% menyatakan tidak realistis, dan sisanya menyatakan tidak tahu.
"Artinya penerimaan publik terhadap program Gus Ipul-Puti lebih bagus dibanding Khofifah-Emil. Hal ini terkait skema program Gus Ipul-Puti yang lebih simpel dan langsung menjawab masalah di lapangan. Berbeda dengan Khofifah-Emil yang mungkin secara retorika bagus, namun justru tidak dipahami dengan baik oleh publik karena dinilai mengawang-awang dan cenderung teoretis," papar akademisi FISIP Unair tersebut.
Dia menambahkan, meski saat ini Gus Ipul-Puti unggul, masih ada sisa waktu sekitar sebulan ke depan yang bisa dimanfaatkan oleh masing-masing kandidat. "Momentum Ramadan dan Lebaran menjadi krusial sebagai titik tentu kemenangan, karena praktis pasca-Lebaran masyarakat sibuk dengan aktivitas keluarganya masing-masing, apalagi ada libur bersama yang lumayan panjang. Jadi strategi kedua kandidat selama Ramadan hingga Lebaran ini akan sangat menentukan," ungkapnya. (bdh/iwd)











































