Ritual mencuci patung Budha tidur ini diawali dengan doa bersama oleh sejumlah petugas. Doa tersebut untuk memantapkan hati masing-masing bahwa tak ada niat untuk merendahkan Sang Budha. Pasalnya, untuk mencuci patung raksasa ini, mereka harus naik ke atasnya.
"Karena mencucinya harus dengan menaiki rupang (patung) Budha yang dihormati, maka harus dengan niat tak merendahkan Sang Budha," kata Upasaka Pandita (UP) Dhammapalo Maha Vihara Mojopahit Saryono kepada detikcom di lokasi, Selasa (22/5/2018).
![]() |
Patung Budha tidur yang berada kompleks Maha Vihara Mojopahit, Desa Bejijong, Trowulan ini disebut terbesar se Indonesia. Panjangnya mencapai 22 meter dengan tinggi 4,5 meter. Tak ayal sleeping Budhist menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan di hari libur.
Patung ini selesai dibangun tahun 1993, yakni sekitar 4 tahun setelah Maha Vihara Mojopahit diresmikan. Pengecatannya dengan warna emas baru dilakukan tahun 1999. Warna tersebut melambangkan kemuliaan Sang Budha.
Patung raksasa ini merupakan sosok Sidharta Gautama, pencetus ajaran Budha. Menurut Saryono, sebenarnya pose Sang Budha bukan lah tidur, melainkan posisi saat Sidharta wafat.
![]() |
"Di Vihara Mojopahit dibangun patung Budha besar karena historis Majapahait dulu kerajaan yang besar, yang menganut keyakinan Budha dan Siwa," ujarnya.
Pembersihan patung Budha raksasa ini setidaknya melibatkan empat orang dengan tugas masing-masing. Ada yang kebagian menyiramkan air menggunaka selang dan bagian menggosok kotoran pada patung menggunakan sikat bergagang panjang.
Selain menggunakan air, mereka menggunakan sabun dan air bercampur kembang. Setelah digosok dengan sabun, patung Budha tersebut dibilas menggunakan air bercampur kembang. Bagian tersulit adalah membersihkan lumut yang tumbuh pada sela-sela patung.
![]() |
"Selain agar rupang nampak bersih, sebetulnya tradisi ini simbol membersihkan jasmani dan rohani kami, di dalam Waisak kami membersihkan diri mulai saat ini dan seterusnya, kami belajar dalam pikiran dan ucapan kami supaya lebih baik," terang Saryono.
Relief yang diukir mengitari bagian bawah patung Budha tidur, juga turut dicuci. Relief tersebut menceritakan saat Sidharta mendakwahkan ajaran Budha kepada para pengikutnya menjelang wafat. Sementara relief di bagian belakang menceritakan hukum sebab akibat di dunia.
Saryono menambahkan, peringatan Waisak jatuh 29 Mei 2018. Tepatnya saat puncak purnama pukul 21.19.13 WIB. "Dalam ajaran Budha, Waisak itu peringatan 3 peristiwa, saat Sidharta lahir, Sidharta mendapatkan pencerahan dan saat Sang Budha wafat," tandasnya. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini