"ini menandakan rakyat Surabaya tidak takut dengan teroris. Aksi teroris tidak membuat rakyat Surabaya gentar," ujar Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana kepada detikcom seusai orasi di lokasi, Minggu (13/5/2018)..
Mereka yang datang tidak mengenal usia, tidak mengenal kelompok, etnis, apalagi kaya dan miskin. Semuanya tampak bersatu menjadi satu kelompok yang sangat kompak meneriakkan kekesalannya terhadap tiga aksi bom bunuh diri di tiga gereja berbeda. Hal ini juga diamini oleh Wisnu saat ia mengatakan warga Surabaya tidak bisa terpecah dengan aksi seperti ini.
"Warga Surabaya sangat siap menghadapi serangan teroris. Aksi teroris tidak bisa membuat rakyat Surabaya terpecah. Ini terbukti dari berbagai kalangan, kelompok dan agama masyarakat yang datang bersatu di sini." ucap Wisnu dengan tegas.
Para pemuka-pemuka agama yang hadir juga memberikan orasi. Bukan saja Pendeta bahkan biksu dan pemuka agama Kong Hu Cu juga sempat memberikan orasi. Salah satu pemuka agama Buddha yang ikut berorasi, Bante Teja, menilai aksi angkat lilin ini sangat tepat. Lilin menandakan cahaya yang menerangi di kala gelap.
"Aksi kami menyulutkan lilin ini artinya sebenarnya penerangan, toh. Ini simbol bahwa Indonesia yang sedang berada di titik gelap bisa segera menemukan titik terang. Sehingga Indonesia bisa mencapai cita-citanya." ujar Bante Teja.
Ia juga menambahkan aksi ini samgat penting yang menunjukkan bahwa warga Surabaya sangat peduli satu sama lain, tidak peduli agamanya apa.
"Ini semua adalah bentuk kepedulian dari rakyat Surabaya. Utamanya arek-arek Surabaya dari berbagai kalangan, pada malam ini berkumpul, untuk menunjukkan bahwa rakyat Surabaya bersatu, dan mereka tidak rela Indonesia berada dalam ancaman, dan mereka rela mengorbankan apapun demi Indonesia damai, Indonesia sejahtera," terang Bante Teja.
Bante Teja juga sangat menyanjung persatuan rakyat Surabaya pada malam ini. Ia melihat bahwa wajah Bhinneka Tunggal Ika begitu terpampang melalui orasi-orasi dari berbagai kalangan, nyanyian-nyanyian yang kompak, mulai dari lagu khas Surabaya, hingga lagu kebangsaan.
"Ini memang sudah budaya dari dulu, kan. Indonesia memang semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika. Dan inilah contohnya," terang Bante Teja.
Di pengujung acara, lilin kemudian di letakkan di depan gerbang tugu pahlawan. Beberapa lilin merah bercampur dengan lilin putih yang kemudian membuat dua warna khas bendera Indonesia, yaitu Merah Putih. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini