Hal tersebut disampaikan Abas saat memberikan sambutan dalam pembukaan musyawarah besar (Mubes) ke-IX IKSASS Banyuwangi di PP Darussalam, Kalibaru, Banyuwangi, Jumat sore (11/5/2018).
"IKSASS sebagai salah satu jaringan alumni pesantren yang cukup besar harus menjadi pendorong utama di sektor pendidikan," ungkap Anas.
"Dari pendidikan keagamaan, Salafiyah Syafiiyah tak lagi diragukan kualitasnya sebagai pesantren besar di Jawa Timur. Begitu pula pendidikan umumnya. Dengan peresmian Universitas Ibrahimy, menjadi penanda penting pendidikan yang komprehensif," tambah Anas.
Lebih lanjut Anas meminta, IKSASS bersama pemerintah menjadi inovator di tengah berbagai problema pendidikan agama.
"Saat ini, anak mondok tidak seperti dulu yang cukup lama. Namun masanya mengikuti lama waktu sekolahnya yang rata-rata hanya tiga tahun. Ini perlu inovasi pendidikan keagamaan yang lebih ringkas," terangnya.
Inovasi dalam pengajaran ilmu gramatika bahasa Arab (nahwu dan shorof) menjadi sesuatu yang dicontohkan Anas. Dengan penguasaan gramatika bahasa Arab yang kuat, bisa menjadi pintu gerbang untuk menguasai khazanah keagamaan yang lebih luas.
Selain itu, Anas juga meminta kepada segenap anggota IKSASS untuk terlibat aktif di dalam berdakwah di media sosial. Medsos saat ini menjadi elemen penting manusia untuk mencari referensi. Termasuk dalam masalah keagamaan.
"Pesantren dengan dakwahnya yang moderat dan nasionalistik, perlu merambah dunia medsos. Jangan sampai youtube, facebook, instagram, twitter dan lain sebagainya dikuasai okeh ajaran-ajaran Islam yang syarat kebencian dan menebar permusuhan," tukasnya. (iwd/iwd)