Pantauan di lokasi, Sabtu (21/4/2018), tampak mulai dari lapak penjual hingga jalan dipoles dengan warna hingga terkesan jauh dari suasana pasar yang kumuh.
Menurut Kepala Desa Sidomekar Sugeng Priyadi, pihaknya bekerja sama dengan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), sengaja membuat suasana pasar berwarna untuk memperingati hari Kartini yang jatuh pada hari ini.
"Kita buat tema hari Kartini tahun ini dengan menghormati seluruh pedagang di Pasar Krempyeng yang mayoritas 90 persen penjualnya adalah kaum wanita. Kami beri mereka hadiah dengan menyulap suasana pasar lebih bersih dan asri," ucap Sugeng.
Untuk itu, seluruh pedagang, khususnya wanita di pasar tersebut pada hari ini diwajibkan memakai baju adat kebaya.
"Hanya sehari saja, tujuannya agar para pedagang dan pembeli dapat mengambil hikmah dari sebuah perjuangan RA Kartini," tandas Sugeng.
![]() |
"Pasar yang berdiri sejak puluhan tahun lalu, memang di pasar Krempyeng ini lebih murah dari pasar tradisional lainnya," ungkapnya.
Sugeng berharap dengan momen 21 April ini para pedagang dan pembeli dapat mengambil hikmah dari sebuah perjuangan.
"Pedagang dari pagi hari di pasar meninggalkan suami dan anak, kita apresiasi itu. Kami berharap perjuangan mereka seperti sejarah yang ditorehkan RA Kartini, yaitu Habis Gelap Terbitlah Terang," tutup Sugeng. (trw/trw)