Dengan kompak, 15 siswa tunanetra Sekolah Luar Biasa (SLB) Kemala Bhayangkari I Trenggalek memainkan alat musik tradisional gamelan. Dengan cekatan tangan para pangrawit ini memainkan alat musik sesuai dengan irama dan lagu yang diinginkan.
Permainan musik para siswa SLB ini tidak ada bedanya dengan permainan gamelan yang dilakukan pangrawit dengan kondisi tubuh yang normal. Suara yang dihasilkan pun indah.
Salah seorang siswa Imam Ma'ruf, mengatakan telah belajar gamelan sejak setahun terakhir dengan dilatih guru sekolahnya. Untuk bisa mahir memainkan berbagai alat musik tersebut tidak dibutuhkan ketrampilan dan ketelatenan khusus.
Dua sindennya juga penyandang tunanetra (Foto: Adhar Muttaqin) |
Dijelaskan, hingga saat ini kelompok karawitan SLB ini telah mahir memainkan puluhan lagu-lagu Jawa. Tidak hanya itu saja, mereka juga bisa berimprovisasi dengan memainkan beberapa jenis musik.
Dalam kelompok karawitan Yayasan Kemala Bhayangkari ini tidak hanya pemainnya saja yang tunanetra, namun dua orang sinden atau penyanyinya juga penyandang tunanetra.
Salah satunya adalah Khusnul Merlina Sari, ia mengaku memiliki ketertarikan dalam dunia musik sejak masih duduk di bangku kelas I SD. Kemampuan olah vokal yang telah dimilikinya terus diasah di sekolah milik kepolisian tersebut.
"Saya memang sudah suka musik, awalnya itu suka nyanyi pakai electone, kemudian belajar sinden ini," ujarnya usai latihan di SLB Trenggalek.
Tidak hanya sekadar bernyanyi lagu-lagu Jawa, kegiatannya bersama kelompok karawitan tersebut juga sekaligus untuk melestarikan kebudayaan Jawa yang telah ada sejak ratusan tahun silam.
Sedangkan seorang pelatih gamelan Momon Suryo Pribadi, mengatakan memberikan pelatihan gamelan kepada anak-anak berkebutuhan khusus tidaklah mudah, keterbatasan penglihatan menjadi salah satu tantangan terberatnya.
"Jadi ada beberapa tahap yang harus kami lakukan, pertama itu kami lakukan orientsi terhadap wilahan (bilah-bilah logam gamelan) karena posisinya jauh tidak seperti pada keyboard electone," kata Momon.
Setelah mengenali peralatan dan posisinya, pihaknya mulai melatih para siswanya untuk mengenal notasi dan dilanjutkan dengan memainkan gamelan secara berasama-sama. Proses untuk mengasah ketrampilan ini membutuhkan waktu selama berbulan-bulan.
"Jenis musiknya kami mulai dari lancaran atau yang pelan kemudian ladrang, ketawang, dangdut dan sebagainya," jelas Momon.
Karawitan ini merupakan upaya menggali potensi para penyandang tunanetra (Foto: Adhar Muttaqin) |
'Sekarang kalau mau menghafalkan sebuah lagu itu cukup dalam waktu satu hari, ini yang istimewa, karena mereka benar-benar memaksimalkan potensi yang dimiliki," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala SMALB Kemala Bhayangkari Trenggalek Pardiono, mengatakan kegiatan ketrampilan bermain karawitan merupakan upaya dari sekolah untuk menggali potensi dari masing-masing siswa berkebutuhan khusus sehingga sesuai dengan minat dan kemampuan.
"Anak-anak tunanetra ini sangat peka terhadap bunyi utamanya seni suara, sehingga mereka akan lebih cocok untuk bermain alat musik seperti ini. Ini sebetulnya adalah pengembangan, karena sebelumnya sebagian dari mereka juga sudah mahir bermain electone," kata Pardiono.
Rencananya pihaknya juga akan mengembangan kesenian tradisional ini kepada siswa kebutuhan khusus yang lain, utamanya penyandang tunadaksa. Potensi tunadaksa dinilai juga tepat untuk bermain musik tradisional.
'Alhamdulillah anak-anak ini sudah beberapa kali tampil dan mendapatkan apresiasi, bahkan nanti akan tampil pada puncak peringatan YKB (Yayasan Kemala Bhayangkari) di Jakarta Mei mendatang," ujar pardi bangga.












































Dua sindennya juga penyandang tunanetra (Foto: Adhar Muttaqin)
Karawitan ini merupakan upaya menggali potensi para penyandang tunanetra (Foto: Adhar Muttaqin)