Para diplomat terbang dari Jakarta - Solo setelah delay satu jam, Kamis (12/4). Setelah itu, pindah bus menuju Gontor yang memakan waktu 3,5 jam.
"Meskipun melelahkan, kita semua happy. Kita akhirnya sampai juga di tempat tujuan sore hari. Aktivitas "Diplomat Nyantri" langsung on, tidak boleh delay seperti penerbangan kita," ujar Adib dengan mata berbinar.
Baca juga: Saat Diplomat Muda RI Belajar 'K-Pop Wave' |
Acara pertama adalah pertemuan dengan pimpinan dan civitas akademika Universitas Darussalam Gontor (UNIDA). Dalam kesempatan itu dijelaskan bagaimana UNIDA menjadi besar dengan lebih dari 3.000 mahasiswa. Inilah kegiatan yang dinamakan "Ahlan Wa Sahlan" atau Selamat Datang.
"Saya mengucapkan ahlan wa sahlan (selamat datang). Kita sangat gembira bisa menerima para diplomat muda yang cemerlang. Semua aktifitas sudah disiapkan dengan rapi. Mudah-Mudahan membawa manfaat yang banyak," ujar Rekot UNIDA, Prof Dr Amal Fathullah.
![]() |
Malam harinya, pertemuan dilakukan dengan pimpinan Pondok Modern Gontor, KH Hasan Sahal. Saat itulah para diplomat, antara lain diberitahu bahwa hal terpenting dalam hidup adalah kemandirian, tidak tergantung pihak lain. Pondok juga bisa maju karena sangat mandiri. Pihak lain boleh memberi bantuan namun harus "putus asa" mempengaruhi.
"Jika ingin maju, maka lakukan sendiri. Tidak ada bangsa di dunia ini maju karena bantuan pihak lain. Demikian juga individu, lakukan yang maksimal dan jadilah orang sukses dan bermanfaat," katanya.
Acara Diplomat Nyantri akan berlangsung sampai 16 April 2018. Para Diplomat Muda tersebut juga direncanakan mengajar mahasiswa dan santri tentang aneka konsep dan praktek diplomasi Indonesia. Mulai dari teori public speaking, diskusi isu-isu multilateral hingga simulasi sidang. (trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini