Anto lantas diajak ke rumah Mbah Sikin di Dusun Tumpuk, Desa Kemiri, Kecamatan Jenangan untuk menengok batu yang tak rusak meski dilinggis tersebut.
Setelah dilihat-lihat, batu itu ternyata bukan sembarang batu, melainkan batu Yoni yang identik dengan batu peninggalan zaman kerajaan. Batu ini berbentuk kubus berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.
"Karena ketidaktahuan Mbah Sikin ini, makanya batunya hanya disimpan begitu saja. Padahal ini batu sejarah," terang Anto kepada detikcom, Jumat (13/4/2018).
![]() |
Bahkan Anto meyakini batu itu 'tak sendirian'. Sebab batu Yoni selalu ditemukan tak jauh dari batu Lingga yang disebut Anto sebagai 'pasangannya'. "Yoni harusnya berpasangan dengan Lingga, batu lainnya," imbuh Anto.
Anto menambahkan di masa kerajaan Hindu, batu Yoni dan Lingga diyakini sebagai simbol kesuburan. Yoni mewakili kesuburan perempuan, sedangkan Lingga mewakili kesuburan laki-laki.
Namun Mbah Sikin mengaku sama sekali tak tahu jika itu adalah batu bersejarah. "Saya tidak tahu kalau batu sejarah makanya saya taruh begitu saja," imbuh Sikin.
Bahkan oleh Mbah Sikin, batu Yoni tersebut dipakai sebagai penyangga tempat penampungan air. Melihat hal ini, Anto mengaku cukup prihatin.
"Batunya dibuat penyangga air dan kotor sekali, saya minta Mbah Sikin untuk dibersihkan," papar Anto.
Anto pun meminta agar batu itu dirawat dengan layak. "Sekarang sudah tidak saya pakai menyangga air, saya simpan di rumah," tutupnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini