Meski kaki kanannya diamputasi karena penyakit buerger, sebuah penyakit langka yang menyerang arteri di lengan dan kaki, Ahmadi bisa berhasil berbisnis layang-layang. Sepekan, ia mampu menjual lebih dari 5.000 layang-layang.
"Karena kaki saya, ini usaha yang bisa saya lakukan," kata Ahmadi kepada detikcom di sela kesibukannya membuat layang-layang, Jumat (13/4/2018).
Ahmadi tampak tenang. Ia sama sekali tak merasa minder. Sembari duduk di sebuah papan bambu dan melipat kaki kirinya, tangannya lincah memotong ruas bambu menjadi bentuk kecil sebagai bahan kerangka layang-layang. Ahmadi pun berkisah awal mula ia menjalani usaha tersebut.
"Saya mengawali dengan modal seadanya. Dengan modal kecil saya beli peralatan dan bahan untuk membuat layang-layang," terangnya.
Berbekal modal kecil dan sepeda onthel yang telah dimodifikasi, Ahmadi memulai usahanya. Dengan sepeda itu, seminggu sekali ia pergi ke Pasar Warungdowo di Kecamatan Pohjentrek untuk membeli peralatan dan bahan-bahan pembuat layang-layang. Dengan alat transportasi itu pula ia menjual hasil karyanya ke kampung layang-layang di Desa Sekarputih, Kecamatan Gondangwetan.
Pekerjaan itu ia jalani dengan sabar dan ikhlas. Meski hasilnya tak seberapa, setidaknya ia tak bergantung pada keluarga dan orang lain. Ia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri meski dalam keterbatasan fisik.
Sampai akhirnya ia bertemu seorang juragan layang-layang asal Desa Kalipang Kecamatan Grati. Pertemuan tersebut merubah nasib Ahmadi.
"Dia memesan layang-layang ke saya. Seminggu 5 ribu layang-layang. Dia memberi saya uang kontan," terangnya.
![]() |
Kepercayaan itu tak disia-siakannya. Ia bekerja keras untuk bisa memenuhi pesanan sang juragan. "Alhamdulillah tak mengecewakan. Saya kirim 5 ribu layang-layang ke rumahnya dengan sepeda onthel," terangnya.
Karena cocok dengan layang-layang buatan Ahmadi, kesepakatan berlanjut. Sang juragan terus memesan layang-layang kepada Ahmadi dalam jumlah besar. Setiap minggu, 5.000 lebih layang-layang ia setorkan ke juragan.
"Untuk memenuhi pesanan, selain membuat sendiri saya juga jadi pengepul. Saya minta warga sekitar buat layang-layang lalu saya beli," ungkapnya.
Keberuntungan Ahmadi berlanjut. Sang juragan menawarinya sebuah motor matic sebagai alat transportasi. Ia pun merasa sangat senang karena selama ini harus mengayuh onthel.
"Kesepakatannya saya bisa menggunakan motor itu dengan bayar nyicil. Saya senang sekali, dengan menggunakan motor, urusan pekerjaan bisa lebih cepat dibandingkan dengan naik sepeda," paparnya.
Sampai sekarang, Ahmadi sanggup memenuhi kebutuhan layang-layang yang dipesan kepadanya. Selain memenuhi pesanan rutin, ia juga menjual ke sejumlah toko.
"Kalau pas nggak musim, saya setor 5.000 layang-layang perminggu. Tapi kalau musim, juragan minta sebanyak-banyaknya," ungkapnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini