Pengamat Ini Bilang Debat Cagub Jatim Hanya Pencitraan Saja

Debat Cagub Jatim 2018

Pengamat Ini Bilang Debat Cagub Jatim Hanya Pencitraan Saja

Yakub Mulyono - detikNews
Rabu, 11 Apr 2018 19:01 WIB
Foto: Deni Prastyo Utomo
Jember - Debat Cagub Jawa Timur dinilai belum memberi pendidikan politik yang baik bagi masyarakat. Para kandidat lebih cenderung melakukan pencitraan dan saling serang dibanding memaparkan visi misi.

"Kalau Khofifah ngomong kemiskinan ya wajar kalau dia menguasai. Dia kan mantan menteri sosial. Demikian juga Gus Ipul, kalau bicara investasi di Jatim, ya jelas dia paham, lha dia kan dulu wakil gubernur," kata pengamat politik dari Universitas Jember (Unej), Sutomo kepada detikcom, Rabu (11/4/2018).

Sutomo mencontohkan, ketika bicara kemiskinan, tentunya Khofifah menguasai betul datanya. Sebab sebelumnya dia memang menjabat sebagai menteri sosial.

"Seperti progran PKH, itu kan mengcover dana pendidikan, kesehatan untuk warga miskin. Dan itu memang program pemerintah yang sekarang berjalan. Sebagai mantan menteri sosial, ya wajar kalau Khofifah menguasai betul," terang Sutomo.


"Sedangkan yang provinsi dalam hal ini Gus Ipul, meskipun rekom Gubernur, dia tidak sedetail Khofifah. Sebab Gus Ipul hanya koordinator pelaksana di lapangan. Jadi kalau Khofifah menguasai betul ya wajar," sambung Kepala Program Studi Administrasi Publik Fisip Unej ini.

Demikian juga ketika berbicara investasi, khususnya di Jawa Timur, tentunya Gus Ipul yang lebih menguasai materi. "Jadi ini hanya sekadar pencitraan saja. Ketika bicara topik A, satunya menguasai, demikian juga sebaliknya. Jadi cuma menonjolkan apa yang telah dilakukan," kata Sutomo.

Demikian juga ketika Cawagub Emil Dardak berdebat dengan Cawagub Puti tentang gizi buruk. Yang satunya pakai data individu yang ada di masyarakat, sedangkan Emil Dardak menggunakan data yang ada di kabupaten Trenggalek.

"Jadi ketika menjawab sebenarnya masalah riil kemiskinan di Provinsi itu apa, dua-duanya masih kabur. Sama-sama nggak paham, wong mereka cuma menonjolkan pengalaman kerjanya," tandas Sutomo.


Akhirnya, lanjut dia, debat hanya berisi pencitraan masing-masing kandidat dan saling serang. Bahkan ada momen-momen yang justru isinya hanya debat kusir semata.

"Jadi tidak seperti debat Pilkada Gubernur Jakarta dulu yang lebih berkualitas. Artinya ada persoalan ini, maka yang akan dilakukan seperti ini. Kalau Jawa Timur ini kan ngambang," kata Sutomo.

"Harusnya, misal soal kemiskinan. Ini kan sudah dicover pemerintah pusat karena persoalan nasional. Nah, yang di Jatim ini gimana? Apa saja yang belum tercover program nasional dan solusinya gimana? Kan harusnya begitu," terang Sutomo.

Dia berharap pada debat berikutnya, para kandidat lebih condong memaparkan programnya secara kongkret. Bukan hanya menyampaikan keberhasilan ketika menduduki jabatan sebelumnya.

"Bukan ngomong pengalaman saya begini, pengalaman saya begitu," pungkasnya. (iwd/iwd)
Berita Terkait