"Dia (almarhum) pekerja keras baik di rumah dan jadi masinis. Tidak pernah mengeluh," ucap Sadino, ayah almarhum kepada detikcom di rumah duka, Desa Sumber Bening, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Senin (9/4/2018).
Dikatakan Sadino, Mustofa suka membantu keluarga saat panen padi di sawah. Tidak gengsi bekerja sebagai buruh panen di sawah tetangga sebelum jadi masinis.
"Anak saya Mustofa ini tidak malu, tidak gengsi untuk kerja di sawah orang sebelum kerja jadi masinis. Keluarga bangga itu," kenangnya dengan tabah.
Hal senada disampaikan kakak sepupu almarhum, Suparno Hadi (45). Sifat pekerja keras Mustofa terlihat saat pertama mendaftar karyawan PT KAI Daop 7 Madiun. Saat itu, sekitar tahun 2007, ada lowongan, Mustofa dikabari gurunya di sekolah SMK SMKN 1 Wonoasri, Jl Panglima Sudirman Caruban.
Mustofa saat itu tidak memiliki kendaraan motor dan ingin naik sepeda pancal menuju Daop 7 di Kota Madiun. Guru yang memberi kabar lowongan meminjamkan motornya.
"Almarhum mau daftar naik sepeda pancal dan dilarang karena jauh. Akhirnya dipinjami motor oleh gurunya itu. Jadi semangatnya luar biasa," tutur Suparno di rumah duka.
Saat diterima kerja, Mustofa sering berangkat menumpang temannya yang juga bekerja di PT KAI Daop 7 Madiun. Hingga setahun bekerja Mustofa bisa membeli motor dengan uang tabungan selama setahun bekerja.
Mustofa dimakamkan di TPU des setempat, Sabtu (7/4). Dia meninggalkan seorang istri bernama Dian Kartikasari Utami dan seorang anak perempuan berusia 4 tahun. Hingga hari ini, suasana duka masih menyelimuti rumah duka. Keluarga dan kerabat seakan belum percaya atas kepergian Mustofa.
(trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini