Seperti yang dilakukan dalam Operasi Keselamatan Semeru 2018 di simpang 5 Kenanten, Puri, Mojokerto. Polisi menghadirkan seorang ustaz dan pendeta di tempat razia untuk memberi siraman rohani ke para pelanggar.
Di salah satu persimpangan terpadat di Mojokerto ini, memang masih banyak ditemukan pelanggaran, khususnya pengendara roda dua. Mulai dari tak memakai helm, berboncengan tiga, melawan arus, perlengkapan kendaraan tak standar, hingga melanggar garis lampu merah.
Oleh polisi, puluhan pelanggar ini digiring ke pos lalu lintas 903 Kenanten. Satu per satu para pelanggar ini diberi selebaran yang berisi pesan keselamatan berlalu lintas dan blanko teguran. Baru setelahnya, siraman rohani diberikan kepada mereka di dalam pos.
"Kami beri pemahaman agar menaati tata tertib berlalu lintas demi menjaga keselamatan di jalan. Karena sebagai muslim kita harus taat pada Allah SWT dan pemimpin. Kalau kita di jalan raya harus taat pada polisi yang berkuasa mengatur lalu lintas," kata Ustaz Ahmad Muhidin usai memberikan siraman rohani ke para pelanggar, Selasa (20/3/2018).
Bagi pengendara non muslim, siraman rohani diberikan oleh pendeta dari Gereja Alah Baik, Mojosari, Mojokerto.
"Kami membangun kesadaran masyarakat bahwa mereka wajib tertib berlalu lintas bukan untuk menghindari tilang polisi, tapi untuk menjaga keselamatan," ujar Pendeta Doni.
Kehadiran tokoh agama di razia ini mendapat respons positif dari para pelanggar. Seperti yang diutarakan Siti Rodiyah (43). Ibu satu anak asal Jombang ini kedapatan berboncengan tiga saat melintas di simpang 5 Kenanten.
"Kalau diberi pemahaman sama polisi kesannya menegangkan. Kalau ulama seperti ini rasanya lebih santai dan enak didengar sehingga cepat paham," ungkapnya.
Kasat Lantas Polres Mojokerto AKP Nopta Histaris Suzan menuturkan, pelibatan tokoh agama di hari ke 16 Operasi Keselamatan Semeru 2018 ini bukan tanpa alasan. Menurut dia, imbauan-imbauan tertib berlalu lintas yang selama ini gencar dilakukan, rupanya masih kurang untuk menyadarkan masyarakat agar selalu menjaga keselamatan di jalan.
"Kami menghadirkan tokoh agama untuk memberikan pemahaman ke pengendara agar tertib. Kalau polisi saja kelihatan formal, kalau tokoh agama bisa menyentuh rohani para pelanggar," terangnya.
Nopta berharap, dengan cara ini para pengguna jalan tertib berlalu lintas bukan sekadar untuk menghidari sanksi tilang dari polisi. Namun, betul-betul terbangun kesadaran tertib di jalan untuk menjaga keselamatan diri sendiri.
"Hal seperti ini kami lakukan sampai 25 Maret. Tiap hari kami gelar di beberapa titik dengan topik berbeda, seperti di terminal, sekolah dan pasar," tandasnya.
Dalam Operasi Keselamatan ini, polisi terpaksa memberikan sanksi tilang ke 2 pengemudi becak bermotor (bentor). Para penumpang kedua bentor ini ada yang diberi uang saku untuk beralih ke angkutan umum, ada pula yang diantar ke tujuan menggunakan mobil patrolisi polisi. (fat/fat)