"Abah (Zaini) telepon pada Sabtu malam (17/3/2018) malam," kata anak pertama Zaini, Saiful Toriq (25), di rumah duka di Desa Kebun, Kamal, Bangkalan, Senin (19/3/2018).
Saat telepon singkat tersebut atau tidak sampai 5 menit, Zaini tidak mengungkapkan rencana eksekusi yang akan dijalaninya pada Minggu (18/3/2018) malam. "Tidak ada kata-kata akan dieksekusi, hanya pesan jaga rumah dan Umi akan kerja di Arab lagi," kata Saiful.
Menurut Saiful, ayahnya tidak bisa sering berkomunikasi. Karena komunikasi melalui handphone yang dilakukan Zaini dilakukan secara ilegal di dalam tahanan.
"Selama ini Abah kalau mau telepon harus membongkar dulu kasurnya, baru telepon. Tidak lama setelah itu dimasukkan ke kasurnya lalu dijahit lagi kasurnya," kata Saiful mengutip cerita almarhum ayahnya.
![]() |
Selain berkomunikasi melalui handphone, Saiful sudah tiga kali bertemu langsung dengan ayahnya. Pertemuan itu disponsori oleh Kementerian Luar Negeri. Saiful bertemu dengan ayahnya pada 2013, 2015, dan terakhir Januari 2018.
"Saya bertemu dengan Abah bersama adik saya, Mustofa Kurniawan. Abah minta didoakan," kata Saiful.
Pada pertemuan terakhir, Saiful mengaku kondisi Zaini terlihat sehat. "Abah terlihat sehat dan sekali lagi Abah tidak pernah mengungkapkan kapan akan dieksekusi," tandas Saiful.
Zaini dieksekusi mati di Saudi dengan tuduhan membunuh majikan pada 2004. Dalam proses persidangan, dia divonis mati empat tahun kemudian. Pria yang berprofesi sebagai sopir ini berada di Saudi sejak 1992. (ze/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini