Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang, Wawan Hadi mengatakan, pihaknya sudah melakukan pemetaan kondisi tebing yang retak. BPBD juga sudah menyampaikan kondisi ini pada Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Pemprov Jatim.
Sebab jalur piket nol berada di bawah kewenangan provinsi. Termasuk pada pihak Perhutani, selaku pemangku wilayah untuk hutan di sekitar jalur piket nol.
"Kita sudah kirim surat karena itu ranahnya Provinsi dan Perhutani," kata Wawan, Selasa (13/3/2018).
Jadi untuk penangannnya, BPBD Lumajang masih menunggu tanggapan dari provinsi dan perhutani. Sementara antisipasi sejak dini sudah dilakukan dengan memasang rambu-rambu imbauan bagi pengendara yang melintas.
"Kita sudah pasang garis BPBD dan imbauan rawan longsor. Meminta pengendara untuk selalu berhati-hati," jelasnya.
Kondisi retakan ini, lanjut Wawan, paling dikhawatirkan saat hujan. Seperti sebelumnya, ada tebing yang longsor usai diguyur hujan. Untuk itu, sudah ada relawan yang selalu melakukan monitor di sana.
"Utamanya saat hujan, kita minta untuk memantau dan melaporkan perkembangan," ujarnya.
Menurut Wawan, retakan tebing di jalur piket nol terjadi karena kendaraan besar banyak dan sering melintas. Getaran dari kendaraan besar yang melintas, menjadi salah satu pemicu retakan.
"Ketika retakan sudah terkena air, saat hujan, itu yang menjadi potensi terjadinya longsor," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini