Pantauan di lapangan, genangan air banjir yang cukup parah terjadi beberapa titik jalan Desa Kemlagi Lor, Desa Kiringan, keduanya di Kecamatan Turi. Selain itu, jalan poros strategis yang juga ikut terendam diantaranya jalan Desa Tiwet, Desa Blajo, Glumo yang berada di wilayah Kecamatan Kalitengah. "Airnya tinggi mas, 50 cm lebih, ada yang 70 cm," terang Bambang, seorang warga Kecamatan Kalitengah.
![]() |
Akibat tingginya air yang merendam jalan poros strategis ini, sejumlah motor yang nekad menerjang banjir pun terpaksa harus mogok di tengah jalan dan menuntun motornya dengan jarak yang lumayan jauh. Banyaknya motor yang mogok ini, menurut Bambang, mesin motor tiba-tiba mati karena businya terendam air.
Selain itu,, lanjut Bambang, knalpot dan mesin juga kemasukan air karena tingginya air banjir. Semua jenis kendaraan yang melintas dari arah utara atau sebaliknya, kata Bambang, harus menerjang banjir. "Mau bagaimana lagi, ini adalah jalan satu-satunya dan alternatif lain juga tidak ada," ungkapnya.
![]() |
Tingginya banjir yang melanda kawasan Bengawan Njero ini mengakibatkan aktivitas warga terganggu. Pasalnya, warga yang akan berangkat kerja harus berjibaku melawan banjir sebelum bekerja. "Jelas terganggu mas, ini tadi berangkat kerja jam setengah 7, tapi karena mogok di tengah banjir terpaksa harus telat masuk kantor," aku warga lainnya, Suhadak.
Sementara, ribuan hektare lahan tambak di Kecamatan Turi, Kalitengah dan Karangbinangun pematangnya tak lagi kelihatan tertutup air. Warga terpaksa harus memasang pirik (jaring, red) di atas pematang agar ikan tidak keluar karena terbawa air. "Banjir semacam ini hampir tiap tahun terjadi, memasang pirik ini untuk antisipasi agar ikan tidak ikut arus banjir," terang Suhadak.
(trw/trw)