Jumlah kelompok milenial (termasuk santri) terbilang cukup tinggi, 35 persen dari 261,1 juta (2016) jumlah penduduk Indonesia. Memberdayakan kelompok ini adalah salah satu kunci memajukan Indonesia.
"Mayoritas santri yang tersebar di 30 ribuan pesantren di Indonesia adalah bagian dari generasi milenial yang perlu didorong untuk lebih mandiri, salah satu jalannya adalah lewat kewirausahaan," kata Defy Indiyanto Budiarto, Komisaris PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dalam pelatihan kewirausahaan Santri di Pondok Pesantren Al-Ishlah, Sendang Agung, Paciran, Lamongan, Jumat (9/3/2018).
Kegiatan ini rangkaian kunjungan ke Lamongan dan Tuban. Di Lamongan, Defy berbagi ilmu di Pondok Pesantren Al-Islah, sementara di Tuban, mengunjungi PLTU Tanjung Awar-Awar.
Defy mengaku bahwa tantangan yang dihadapi santri zaman now dan generasi milenial ke depan cukup berat. Mulai persaingan pasar bebas Asean (MEA), bonus demografi, hingga keterbatasan kesempatan kerja. Maka munculnya kesadaran dan semangat berwirausaha dikalangan milenial perlu dijaga dan dikembangkan.
"Kunci kemajuan ekonomi sebuah bangsa salah satunya jika memiliki wirausahawan minimal 2 persen dari rasio jumlah penduduk, saat ini jumlah wirausaha di Indonesia sekitar 3 persen. Kita masih kalah dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand," ujar tokoh muda Muhammadiyah ini.
Dalam pelatihan kewirausahaan yang diikuti lebih dari 700 Santri di Ponpes Al-Ishlah ini, Defy berusaha membangkitkan semangat wirausaha dan menekankan pentingnya santri terjun di dunia bisnis dengan mental baja.
"Kita harus meneladani Rasullah, Muhammad SAW adalah sosok entrepreneur sejati. 25 Tahun dari usia hidup Rasulullah dijalani dengan berprofesi sebagai pengusaha sukses," ujarnya.
Menurutnya, pola pendidikan pondok pesantren sangat mendukung untuk pengembangan kewirausahaan.
"Pendidikan pesantren menekankan Santri untuk berjiwa mandiri, Disiplin, Jujur, ini modal besar untuk menumbuhkan kewirausahaan. Dengan upaya sistematis, nantinya akan banyak lahir pengusaha-pengusaha sukses dari kaum Santri", tuturnya.
Pihaknya pun berusaha mendorong PT PJB untuk melahirkan wisausaha sukses dari kalangan santri.
"Jadi kalau ditanya nyantri zaman now, ya harus belajar jadi santripreneur," tuturnya.
Seorang santri juga menanyakan cara mengantisipasi kerugian. "Dagang itu bukan soal bakat tapi soal mental. Mental bahwa dagang tak selalu laku, mental bahwa dagang tak selalu mulus, mental bahwa dagang kadang sepi pembeli. Yang terpenting tetap menjalani bagaimanapun Allah menentukan takdir-Nya. Tapi yang terpenting, muliakan ibu kalian. Karena doanya kalian akan menjadi orang sukses," tutup Defy. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini