IAIN Jember soal Mahasiswi Bercadar: Kita Bina Sejak Awal Masuk

IAIN Jember soal Mahasiswi Bercadar: Kita Bina Sejak Awal Masuk

Yakub Mulyono - detikNews
Rabu, 07 Mar 2018 13:23 WIB
Foto: Istimewa
Jember - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember bisa memahami kebijakan Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta yang melarang mahasiswi bercadar. Namun kebijakan tersebut sebaiknya melalui proses dan pembinaan.

"Apa yang dilakukan UIN Yogyakarta itu harus dilihat secara komprehensif. Artinya, mereka yang bercadar itu tidak serta merta dikeluarkan, tapi ada proses yang dilakukan, yakni pembinaan," kata Rektor IAIN Jember, Prof DR Babun Suharto, ketika dihubungi, Rabu (7/3/2018).

Menurut Babun, mahasiswi bercadar tidak serta merta langsung dikeluarkan. Tapi diberi bimbingan dan penyuluhan. Salah satunya adalah pemahaman bahwa dalam proses belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa harus saling tahu dan kenal.


"Dalam proses belajar mengajar itu kita harus tahu siapa yang diajar dan siapa yang mengajar. Sehingga yang namanya muka, kita harus tahu. Harus diketahui. Kita bisa membayangkan bagaimana jika dalam proses belajar mengajar itu kita tidak saling tahu karena tertutup cadar," kata Babun.

Di Jember sendiri, Babun mengakui fenomena mahasiswi bercadar ini juga mulai muncul. Oleh karena itu, IAIN Jember terus berupaya melakukan pembinaan dan pemahaman mengenai tata aturan proses belajar mengajar di kampus.

"Karena di masing - masing perguruan tinggi itu ada kode etik cara berpakaian mahasiswa atau mahasiswi. Itu kita atur dalam pedoman pendidikan," ujar Babun.

Sebagai langkah kongkret untuk antisipasi, IAIN Jember selama ini telah melakukan pembinaan saat mahasiswa baru masuk kampus. Pembinaan dilakukan melalui program ospek.

"Sejak awal, pada saat mereka masuk menjadi mahasiswa harus diberi sosialisasi. Bagaimana mereka bersosialisasi di kampus, termasuk cara berpakaian. Saya kira ini penting," tandas Babun.


Dia juga berharap soal mahasiswi bercadar ini tidak ditarik ke ranah politik, melainkan murni untuk kepentingan pendidikan. Utamanya demi kelancaran proses belajar mengajar.

"Ada tata cara berpakaian. Sejak awal kita sampaikan ke mahasiswa. Kita kan bisa membayangkan, pada saat ujian, si A misalkan, ternyata yang masuk si B. Kalau bercadar kita kan nggak tahu. Pada saat proses belajar mengajar, yang seharusnya ikut A, tapi yang tiap hari masuk ternyata C, kita juga bisa nggak tahu. Oleh karena itu ini harus dipahami semua, jangan dilihat secara politis," pungkas Babun. (trw/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.