"Bukan dibongkar tapi dirapikan. Karena makamnya penuh dipakai warga tiga kelurahan, jadi perlu ditata," tutur Lurah Mangkujayan, Arwangi, saat ditemui detikcom di lokasi pembongkaran, Rabu (28/2/2018).
Arwangi menambahkan selama ini warga mengeluh kesulitan menuju makam karena aksesnya sempit. "Banyak warga yang bilang sering tersandung kijing saat mau memakamkan," jelasnya.
Arwangi berinisiatif merapikan makam dengan cara membongkar kijing dan cungkup atau bangunan di atas makam agar lahan makam bisa dipakai warga lain.
"Kalau ada dua kijing, di antaranya kan tidak bisa ditempati. Kalau tidak ada kijing kan bisa ditempati warga lain," ujarnya.
![]() |
Ariwangi menerangkan setelah dibongkar, rencananya akan dibangun jalan setapak agar memudahkan warga untuk mobilitas dalam proses pemakaman. Pemasangan paving rencananya sepanjang 144 meter.
Selain paving, lanjut Ariwangi, juga akan dibangun plengsengan (talud) di tiap sisi makam. "Mengingat pinggiran makam adalah sungai jadi harus di-plengseng supaya tanahnya tidak tergerus sungai," jelasnya.
Dana untuk membuat akses jalan tersebut berasal dari swadaya masyarakat. Arwangi menyebut dana terkumpul dari masyarakat sejumlah Rp 36 juta. "Adapula dana Rp 100 juta dari Pak Bupati, yang Rp 300 juta per desa atau kelurahan. Rinciannya Rp 200 juta untuk membangun saluran air dan Rp 100 juta untuk merapikan makam ini," pungkasnya.
Luas makam Asem Buntung hanya 300 meter persegi. Makam ini dijadikan kuburan sejak turun-temurun oleh warga di tiga kelurahan, Mangkujayan, Jingglong, dan Tambakbayan.
Isu perusakan makam oleh lurah diposting di grup facebook Ponorogo. Dalam postingan tertulis 'IKI PIYE LURR.?? LURAH NGAMUK KOK NGRUSAK'i MAKAM. Artinya, 'Ini bagaimana saudara??? Lurah ngamuk kok merusak makam'. Beragam komentar muncul. Ada yang emosi, ada yang meluruskan bahwa makam dibongkar untuk akses jalan ke pemakaman. (trw/trw)