Menariknya, imbauan itu ditulis dengan bahasa Madura. Salah satunya 'Eman ka Raddhinna Bhing Mun Gik Nengkong E Songai (Eman sama cantiknya jika masih jongkok di sungai)','Todus Bro Mun Angingik e Songai (Malu bro kalau BAB di sungai).
Banner ini dilakukan puluhan petugas untuk mengedukasi warga agar berperilaku hidup sehat. Di antaranya dengan tidak memanfaatkan sungai sebagai sarana MCK dan tempat pembuangan sampah. Mereka sengaja berjalan kaki menyusuri aliran sungai, di Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Situbondo.
Petugas dari TNI, Polri, kecamatan, puskesmas, banser dan Kelompok Remaja Peduli Lingkungan, ini juga memasang banner dengan tidak memanfaatkan sungai sebagai sarana MCK dan tempat pembuangan sampah.
![]() |
"Tujuan kegiatan ini satu, yakni menyehatkan masyarakat. Ini sekaligus mendukung kinerja bupati, karena tahun 2019 kita akan menjadi kota kunjungan wisata dan tahun 2020 kita harus bebas sampah. Kalau tidak dimulai dari sekarang, terus kapan lagi?," kata Kepala Puskesmas Situbondo, Mince Hendrayani di sela-sela kegiatan, Jumat (23/2/2018).
Mince mengaku aksi ini juga menyongsong tahun kunjungan wisata tahun 2019, program Kali Bersih terus digencarkan di wilayah Situbondo.
Dari pengamatan detikcom selama kegiatan, petugas sengaja menyusuri aliran sungai sepanjang hampir 2 Km di Kelurahan Dawuhan. Di beberapa titik sungai, petugas memergoki sejumlah warga yang masih memanfaatkan aliran sungai, baik sebagai sarana MCK maupun sebagai tempat membuang sampah. Seketika itu petugas langsung menegurnya.
"Menjaga kebersihan sungai ini bukan hanya tanggung jawab kita, tapi menjadi tanggung jawab bersama, termasuk masyarakat. Selain menjaga kesehatan, ini juga penting mengantisipasi banjir. Makanya, kegiatan ini akan kita lakukan berkesinambungan," papar Mince.
![]() |
Sepanjang aliran sungai, petugas juga menyebar puluhan banner berisi pesan menjaga kebersihan sungai. Banner-banner itu dipasang di jembatan dan di pinggir-pinggir sungai, yang berdekatan dengan pemukiman warga.
Namun, sebagian warga mengeluhkan larangan tersebut. Mereka berdalih terpaksa menggunakan sungai karena air kran PDAM di wilayahnya seringkali mati, khususnya saat pagi hari. Padahal, kebutuhan air di pagi hari sangat tinggi, baik untuk mandi, mencuci, maupun memasak. Selain itu, warga juga mengeluhkan tidak tersedianya bak-bak sampah di lingkungan mereka.
"Kalau untuk bak sampah, nanti kita koordinasikan dengan pihak kelurahan, agar bisa segera disediakan. Yang penting, kita harus bersama-sama menjaga kebersihan sungai dan lingkungan," tandas wanita berjilbab ini. (fat/fat)