Perpaduan rasa kuah manis dari santan dan larutan gula dipadukan dengan rasa dingin dari es serta gurihnya dawet atau cendol, ditambah dengan bulatan gempol dan rasa manis serta masam dari tapai ketan hitam semakin menambah nikmat minuman ini.
Salah satu penjual es dawet gempol, Patonah (48) menjelaskan dirinya bahkan saat musim buah nangka selalu menambahkan irisan buah nangka dalam sajian dawet buatannya.
"Kalau pas tidak musim ya tidak dikasih nangka," tutur ibu empat orang anak ini kepada detikcom, Kamis (15/2/2018).
Warga Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Ponorogo ini menerangkan pernah ada kunjungan rombongan wisatawan dari Jakarta yang sengaja mampir ke warung dawet miliknya. "Pernah ada insiden tarik menarik lepek (piring kecil,re) karena dipikirya disajikan dengan mangkok dan lepek," jelasnya.
Pasalnya, uniknya penyajian dawet di Ponorogo ini khas dengan cara mangkok dialasi lepek supaya lebih sopan. Namun tak sedikit, pembeli yang mengira jika saat disodorkan lepek dan mangkok, lepeknya ikut terambil.
![]() |
"Seharusnya kan yang diambil mangkoknya saja, malah saya jadi adu kuat-kuatan narik sama pembeli dari Jakarta," ujarnya sembari tertawa saat mengingat kejadian itu.
Patonah menjelaskan ia sudah berdagang dawet gempol sejak tahun 1985. Meski awalnya tidak berjualan di daerah Jabung, ia mengawali karirnya setelah menikah dengan cara menjual dawet. "Kecintaan saya terhadap dawet yang membuat saya bertahan, apalagi di desa kami memang terkenal dengan sentra kuliner khas es dawet Jabung," imbuhnya.
Di Desa Jabung setidaknya ada 24 warung yang setiap hari berjualan es dawet, bahkan jika memasuki musim lebaran pedagangnya mencapai 35 orang. "Kalau lebaran paling ramai atau saat musim libur, banyak pembeli yang datang," tukasnya.
Untuk bisa menikmati satu mangkok dawet gempol buatan Patonah, pembeli cukup merogoh kocek sebesar Rp 2500 saja. Patonah setiap hari membuka warungnya, kecuali hari tertentu saat ada acara baru ia menutup warungnya. "Buka mulai pukul 09.00-16.30 WIB," ucapnya.
Ia mengaku dalam satu hari mampu menjual 40 mangkok es dawet, namun karena saat ini sedang musim penghujan paling laris sekitar 20 mangkok setiap harinya. "Kalau kena musim penghujan pasti sepi," keluhnya.
Patonah menerangkan resep pembuatan dawet, ia dapatkan sendiri dari ibundanya. Cara pembuatannya pun terbilang mudah, dawet atau cendol tersebut dibuat dari sari pati aren. "Tinggal cetak saat panas ke air dingin, nanti sudah langsung bentuk bulat panjang," paparnya.
Jika ingin mampir ke warung es dawet gempol Jabung milik Patonah, warungnya berada sekitar 50 meter keselatan dari perempatan Desa Jabung. Disini memang dikenal sebagai berkumpulnya pedagang es dawet Jabung yang sudah melegenda. (fat/fat)