Salah satu rumah warga Ponorogo yang beruntung tersebut berada di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, tepatnya di rumah Mbah Ginut.
Namun sayang, Mbah Ginut yang dulu menjabat sebagai kebayan desa sekaligus penerima kedatangan jenderal perang RI, kini sudah meninggal. Rumah yang dulu menjadi saksi perjuangan Dirman sapaan Jenderal Soedirman ditempati oleh salah satu putri Mbah Ginut, Mbah Nyamir (72).
Pagi ini, Jumat (9/2/2018) Mbah Nyamir terlihat masih sehat ditanya kedatangan Pak Dirman di rumahnya. Dia menceritakan dengan detail kejadian tersebut. Masih teringat betul, saat itu dia berusia 4 tahun. Ada salah satu utusan Pak Dirman yang datang memohon izin menginap di rumahnya.
"Sempat terjadi percecokan antara mbah saya (Ibu Mbah Ginut) dengan bapak (Mbah Ginut) antara mau menerima atau tidak, namun karena kebaikan hati bapak, beliau mengizinkan," tutur Mbah Nyamir saat ditemui detikcom di rumahnya.
Menurutnya, saat itu waktu maghrib ada satu orang yang mengetuk pintu. "Saat itu kami sekeluarga mau makan malam," terangnya.
Mbah Ginut pun lantas membuka pintu, saat dibuka ada seseorang utusan meminta izin menginap semalam untuk beristirahat. Utusan tersebut menceritakan jika salah satu orang (Jenderal Soerdirman,red) sakit parah yang ditandu.
"Karena Mbah saya khawatir orang tersebut meninggal di rumah kami, mbah sempat menolak, namun berbeda dengan bapak, beliau malah yakin harus menolong," jelasnya.
Setelah diizinkan, rombongan yang terdiri dari sekitar 20 orang tersebut pun memasuki rumah Mbah Ginut. "Bapak juga tidak tahu awalnya kalau Pak Dirman itu jenderal besar, karena pasukannya memanggil Pak Dirman begitu," ujarnya.
Usai diterima dengan baik, Jenderal Soedirman pun bercerita kalau dirinya tengah memimpin perang gerilya dari Pulung kemudian ke Ngindeng.
Namun, ada yang menarik saat melayani tempat istirahat Jenderal Soedirman. Ia tidak mau lampu menyala terang, harus redup. Agar tidak diketahui jika tempat Ginut sedang ramai banyak orang, pasukan dari Jenderal Soedirman. Selain itu, permintaan lainnya, ia ingin sekeliling tempat tidurnya ditutupi rono pring atau pembatas yang tinggi agar tidak kelihatan.
"Beliau pun juga meminta tempat tidurnya diletakkan di sebelah tenggara dan menggunakan tempat tidur dari bambu atau lincak,"" paparnya.
Paginya, Jenderal Soedirman beserta puluhan prajuritnya disuguhi hidangan khas Ngindeng. "Usai makan, rombongan lalu mohon izin melanjutkan perjalanan ke Trenggalek," tukasnya.
Kini, benda bekas Jenderal Soedirman hingga saat ini masih dirawat apik oleh Nyamir. Dia pun sering kedatangan tamu baik dari angkatan darat maupun masyarakat lainnya yang mengetahui tempat persinggahan ini. Perabotan yang sudah usang akibat dimakan usia ini masih tertata sama dengan saat dulu ditempati Jenderal Soedirman.
Hingga kini Mbah Nyamir terus mengingat sepotong fragmen singkat itu. Tindakan merawat perabot kenangan merupakan simbol merawat sejarah dan inspirasi panglima besar. "Ini merupakan kenangan terbesar dalam sejarah keluarga kami, kami harus merawat," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini