Sembari menunggu kelanjutan kasus hukum Aom, Kepala Kantor Cabang Banyuwangi, Tulus Adi Surendra (40) bersama tim berinisiatif menjual aset pribadi untuk memberikan ganti rugi bagi calon jemaah umrah sistem pembayaran tunai.
"Kenanya beban moral yang berat. Dan sebagai gantinya... ya uang pribadi kami. Bisnis ada ruginya. Ini risiko yang harus dihadapi. Seburuk apapun saya hadapi. Yang penting niatnya nggak nipu," jelas Tulus kepada detikcom dan beberapa jemaah umrah yang mendatangi kantor PT SBL Cabang Banyuwangi, Jumat (2/2/2018).
Beberapa aset pribadi yang siap mereka jual untuk mengganti rugi, sebut Tulus, seperti tanah, mobil dan beberapa barang berharga lainnya. Opsi ini ia lakukan lantaran beban moral dan kepercayaan yang telah diberikan konsumen harus ia jaga.
"Saya juga ada aset tanah, mobil-mobil yang saya sedang tawarkan untuk memberangkatkan jemaah-jemaah umrah dulu. Akhirnya berani nalangin (ganti rugi dengan uang pribadi). Ya piye marine (ya gimana dong?)," dalihnya.
Salah satu calon jemaah umrah, Bambang Lukito (58), mengaku kecewa dengan perkembangan kasus hukum PT SBL. Pria yang berprofesi sebagai pengajar di salah satu SMK di Banyuwangi itu meminta untuk dibuatkan perjanjian diatas materai serta disaksikan ahli hukum sebagai tanda bukti jika PT SBL Banyuwangi dan Kepala Cabang siap mengganti rugi secara materi.
"Minta dibuatkan perjanjian di atas meterai di notaris saja. Sekalian untuk jaminan biar kami ini lega, nggak was-was," pungkas Bambang.
Besok PT SBL Banyuwangi Ajak Calon Jemaah Umrah Untuk Duduk Bersama
PT SBL Cabang Banyuwangi mengajak seluruh calon jemaah umrah dengan sistem pembayaran cicilan untuk berkumpul dan duduk bersama membahas kelanjutan nasib keberangkatan umrah.
Kepala Cabang PT SBL Cabang Banyuwangi Tulus Adi Surendra (40) menjelaskan, calon jemaah umrah yang selama ini melakukan pembayaran dengan menabung perbulan itu langsung disetor ke kantor pusat PT SBL. Namun karena pihaknya yang menjadi perwakilan, maka ia bertanggung jawab untuk memberikan klarifikasi.
"Kami besok undang calon jemaah jam 12 siang di istana gandrung dan dimohon untuk membawa bukti pembayaran. Kami cari solusinya, win-win solutionnya," ungkap Tulus.
Sementara jumlah calon jemaah umroh yang melakukan pembayaran dengan sistem menabung perbulan, kata Tulus, sampai saat ini tidak terdeteksi. Laki-laki berpawakan kurus itu menambahkan, pihaknya hingga saat ini belum bisa menghitung berapa jumlah total calon jamaah SBL yang berada di wilayahnya.
"Kalau yang nabung saya gak bisa hitung, karena mereka setor langsung ke pusat. Sementara para mentornya gak lapor ke kita. Tapi calon jamaah yang bayar tunai ada 150 jamaah," ungkapnya. (iwd/iwd)











































