"Beberapa nelayan tetap melaut meski angin kencang dan gelombang tinggi. Biasanya dalam cuaca seperti ini, tangkapan lebih banyak. Harganya juga mahal karena jarang yang melaut," kata Rohman (55), nelayan asal Desa Mlaten, Kecamatan Nguling, Rabu (31/1/2018).
Potensi tangkapan melimpah dan harga yang mahal, jelas Rohman, membuat sejumlah nelayan rela bertaruh nyawa. Mereka tetap melaut meski di wilayah perairan dangkal.
"Kami tetap melihat cuaca. Kalau sekiranya masih memungkinkan ya berangkat. Tapi kalau tidak memungkinkan yang tidak pergi. Jika sudah berada di laut dan cuaca memburuk, kami biasanya berhenti dan matikan mesin, mengikuti arah angin dan ombak. Kalau nggak begitu perahu bisa terbalik," terangnya.
Sementara Halim (35), nelayan asal Jatirejo, Kecamatan Lokok, menuturkan dirinya juga tetap melaut meski sepekan terakhir kondisi cuaca buruk. Biasanya ia berangkat saat subuh.
"Ombaknya biasanya datang siang dan sore hari," terangnya.
Menurut Halim, para nelayan yang tak berani melaut memilih untuk mencari kerang untuk mendapatkan penghasilan. Sebagian lagi terpaksa menganggur dan memperbaiki jaring.
"Meski tak melaut, para nelayan tetap was-was. Mereka tetap menjaga perahu agar tak terbawa ombak," terangnya.
Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) Klas II Juanda, Surabaya, meminta warga terutama nelayan mewaspadai angin kencang dan gelombang tinggi mencapai 2 meter. Kondisi ini diperkirakan berlangsung 5-7 hari ke depan.
Buruknya cuaca di lautan sangat membahayakan nelayan. Beberapa hari lalu, kapal motor nelayan Lekok ber-ABK 12 orang diterjang ombak di Probolinggo. Peristiwa ini menyebabkan 2 nelayan tewas. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini