Sindrom penurunan produktivitas sudah ada sejak pertengahan 2017 lalu. Sementara larangan AGP baru diberlakukan awal Januari 2018.
Kabid Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, Yudha Satya Wardana mengatakan, banyak faktor yang membuat produktivitas ternak ayam di Blitar menurun drastis.
"Cuaca sangat berpengaruh. Hujan intensitas tinggi membuat ayam stres. Sementara tidak diimbangi pemberian pakan yang berkualitas. Jadi menurut saya, tidak ada korelasi larangan AGP dengan sindrom 90/40 itu," kata Yudha saat dihubungi, Jumat (26/1/2018).
Yudha juga mengakui, banyak peternak ayam pedaging yang gagal panen akibat penyakit. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemprov dan berbagai perguruan tinggi.
Baca Juga: Pakan Ternak AGP Dilarang, Ayam di Blitar Diserang Penyakit
"Akhir Desember tahun lalu sudah ada tim laboratorium pemprov dan UGM Yogya mengambil sample ayam yang terjangkit penyakit. Penelitian masih berlangsung, jadi kami belum menerima hasilnya," paparnya.
Terkait kualitas DOC (Bibit ayam) jelek, Yudha tak bisa berkomentar banyak. Sebab, kewenangan monitoring kualitas DOC ada pada pemprov dan lokasi produsen DOC.
"Blitar tidak ada breeder doc. Yang ada Jombang dan Pasuruan. Monitoring kualitas doc itu pada pemda dimana breeder berada dan Pemprov Jatim," katanya.
Namun, Yudha tak membantah minimnya tindakan preventif untuk mengeliminir kerugian peternak.
"Semua memang membutuhkan dana yang sangat besar. Sedangkan untuk subsidi vaksin saja, kami menerima sangat sedikit. Hanya 40 ribu dosis, itu untuk 40 ribu ekor, padahal populasi ayam di Blitar mencapai 15 juta ekor," akunya.
Tak heran jika peternak Blitar mempertanyakan kehadiran negara, saat kondisi mereka terpuruk. Sementara regulasi telah digulirkan, sanksi tegas bagi peternak yang masih menggunakan AGP juga telah ditetapkan. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini