Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Trengalek Mohammad Sholeh mengatakan, dua unit alat yang didatangkan sebelumnya tidak dapat difungikan dengan efektif karena tidak sesuai dengan medan longsor.
"Karena untuk yang kami datangkan di awal itu yang menggunakan ban karet, sehingga tidak bisa mengerjakan longsor ini. Makanya kami ganti dengan eskavator yang bannya rantai besi," katanya, Kamis (25/1/2018).
Menurutnya, proses mobilisasi alat berat tersebut tidak bisa dilakukan dengan segera, karena pihaknya harus melakukan pengecekan terhadap seluruh peralatan termasuk kendaraan pengangkut.
Kondisi medan jalur Kampak-Munjungan yang ekstrem menyebabkan proses pengiriman alat berat harus dilakukan secara perlahan-lahan. Untuk bisa menjangkau lokasi, alat berat tersebut harus diturunkan dari trailer sebanyak dua kali dan harus berjalan sendiri.
"Karena tanjakannya ekstrem, sehinga berbahaya kalau diangkut. Sebetulnya alat ini sudah kami siapkan dari kemarin, tapi kami cek dulu, termasuk keaamanannya, kemudian sore hari berangkat, namun di lokasi kabutnya tebal, sehingga harus kami inapkan di bawah dulu," imbuhnya.
Sholeh menjelaskan, pada tahap awal, pihaknya melakukan pembukaan akses air dari atas pengunungan yang terhalang material longsor. Karena apabila dibiarkan, kondisi tersebut akan memicu terjadinya banjir bandang maupun longsor susulan yang besar.
"Kami fokus itu dulu untuk menata saluran air itu, kemudian kami akan berupaya untuk membuka akses Kampak-Munjungan. Sedangkan terkait pembangunan jalan nanti dulu, yang jelas akses harus bisa segera dibuka," ujarnya.
Bencana tanah longsor di jalur utama Kampak-Munjungan di Dusun Jedeg, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak terjadi pada 21 Januari lalu. Akses lalu lintas dari kedua arah terputus total.
Dari pengukuran yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, timbunan material longsor yang menutup badan jalan panjangnya mencapai 500 meter dengan ketebalan bervariasi hingga di atas lima meter. (iwd/iwd)