Humas Dinas Kesehatan Bondowoso, Sugiyanto mengatakan hingga kini memang masih banyak warga yang BAB sembarangan. Hal itu diakui karena banyak faktor yang terjadi di masyarakat.
"Tapi kami punya target, tahun 2018 ini sekitar 12 ribu keluarga punya jamban. Lalu tahun depannya sekitar 16 ribu," kata Sugiyanto saat ditemui di kantornya Jalan Imam Bonjol, Kamis (25/1/2018).
Ditambahkan Sugiyanto, persoalan 'hajat' yang terjadi di masyarakat, khususnya di pedesaan memang banyak faktor. Antara lain, soal kebiasaan, kultur, sosial dan ekonomi.
"Di masyarakat, terutama di pedesaan BAB langsung ke sungai atau tempat lain memang masih menjadi kebiasaan. Masyarakat masih menilai cara itu lebih praktis. Padahal, cara itu dapat mengganggu kesehatan lingkungan," tandasnya.
Data yang dihimpun dinkes, hingga saat ini sekitar 45% keluarga di Bondowoso yang belum menggunakan jamban dan sanitasi. Mereka rata-rata lebih senang BAB di sungai atau tempat lain.
Dari 209 desa yang ada di Bondowoso, baru 19 desa yang sudah dinyatakan benar-benar Open Defecation Free (ODF) atau bebas dari buang air besar di tempat terbuka. Desa yang sudah bebas dari BAB di tempat terbuka itu antara lain enam desa di Kecamatan Ijen, Kecamatan Tegalampel, Desa Kabuaran dan Desa Karang Melok, Kecamatan Tamanan.
Padahal, jika mengacu pada target yang telah ditetapkan Presiden Jokowi, pada 2019 mendatang tak ada lagi masyarakat yang buang air besar sembarangan. (fat/fat)











































