Jika berkunjung ke Bumi Bung Karno, ada 6 cabang warung bertuliskan 'Pecel Mbok Bari 1-6'. Namun, jika ingin mengetahui warung aslinya, Anda bisa menuju ke Jalan Ir Soekarno 217. Dari Makam Bung Karno (MBK) tinggal berjalan kaki sekitar 300 meter ke arah utara. Warung yang dipertahankan bentuk aslinya bertuliskan 'Pecel Mbok Bari sejak 1964'.
Mengulik perjalanan panjang legenda kuliner ini sangat menarik. Berawal dari sebuah lincak (Meja pendek) yang digelar di sisi timur trotoar Jalan Ir Soekarno, Subari mengajak istrinya menggelar angkringan berjualan pecel. Saat itu tahun 1963, saat Gunung Agung di Bali meletus. Anak pertama pasangan ini, Sukarni (66) menceritakan kenangan itu kepada detikcom.
![]() |
"Pokok pas Gunung Agung meletus tahun 1963 itu. Dulu awal jualan hanya di lincak di depan situ, setiap pagi. Kalau dagangannya habis mejanya dikukuti (dibersihkan)," kata Sukari sambil menunjukkan trotoar sisi timur jalan, Selasa (23/1/2018).
Dalam sehari, Subari menghabiskan beras satu rinjing (Anyaman bambu untuk menyimpan beras). "Kalau sekarang mungkin sekitar 10kg beras habis dalam sehari. Bumbu masih ndeplok (Ditumbuk) jadi tidak bisa buat banyak," tutur Sukari.
Jika nasinya habis, mereka bisa masak lagi di atas tungku. Namun jika bumbu pecelnya habis, berarti mereka harus menutup angkringan agar tidak mengecewakan pelanggan yang datang.
![]() |
"Sambel itu ndeplok tiap hari. Bagian saya anak lelaki tertua yang ndeplok tiap sore. Ini sampai alu sama penumbuknya sama pasang didepan warung, buat kenang-kenangan jaman susah dulu," ujar Sukarni memegangi lumpang dan alu (Alat menumbuk) yang dicor beton, dipajang tepat di tengah warung.
Berselang setahun kemudian, Subari mampu mengontrak warung kecil di depan, tempat awal berjualan. Warung bercat biru itu menghadap ke timur. Hingga sekarang, tak ada bagian depan bangunan yang dirombak. Warna cat pun dipertahankan tetap biru. Hanya penataan meja dan kursi pelanggan diubah agar ruangan terkesan lapang. Renovasi justru dilakukan di bangunan bagian belakang.
"Bagian dapur sama buat cuci piring saya renovasi. Biar kelihatan bersih dan enak buat kerja," tandasnya.
![]() |
Namun siapa sangka, peracik bumbu sambel pecel justru Pak Subari, bukan istrinya.
"Hehehe...iya emak itu hanya nama warung saja. Yang meracik bumbu sambel, justru bapak," aku anak pertama Subari, Sukarni (66) sambil terkekeh.
Menurut Sukarni, bapaknya memang jago masak. Berbagai bumbu masakan dikuasai sang bapak. Namun yang menjadi andalan, adalah sambel pecelnya.
![]() |
"Sejak warung ini buka tahun 1964, tidak hanya jualan pecel saja. Ada rawon, ada nasi campur. Semua bumbunya, ya hanya bapak yang meracik. Emak hanya bantu-bantu goreng lauk, bikin peyek dan mempersiapkan dagangan," ungkapnya.
Lalu, apa yang membuat sambel pecel Mbok Bari berbeda? "Wah itu rahasia," kata Subari.
Yang jelas, katanya, kalau sambel pecel Mbok Bari itu ada kencurnya. Sementara, bumbu sambel pecel daerah lain seperti Madiun dan Kediri, tidak diberi kencur. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini