.webp)
Waginem mengatakan, saat rumahnya ambruk, Minggu (14/1/2018), dirinya sedang tidur siang. Di rumah ini, dia tinggal seorang diri karena anak semata wayangnya bekerja di Kalimantan sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit.
"Wingi kulo nembe tilem kok bruak. Kulo bengok tuluuuuung (Kemarin saya sedang tidur tiba-tiba ada suara bruak. Saya teriak minta tolong)," kata Wagiem kepada detikcom di rumah tetangga tempat dia mengungsi sementara, Selasa (16/1/2018).
Beruntung Waginem selamat dalam insiden ini. Dia mendapatkan 4 jahitan akibat luka di kedua kaki dan dahinya. Untuk sementara, Waginem harus menumpang tinggal di rumah tetangganya. Betapa tidak, rumah miliknya kini rata dengan tanah.
Tetangga yang rumahnya ditumpangi Waginem, Tono (47) menuturkan, rumah nenek 95 tahun itu direhabilitasi setelah mendapat bantuan dari Pemkab Magetan. Dia menyayangkan buruknya kualitas bangunan sehingga memicu ambruknya rumah Waginem.
"Ini dulu juga bantuan dari pemerintah Magetan, tapi kondisinya tanpa ada konstruksi besi dan kayunya juga dari batang kelapa atau glugu. Temboknya juga keropos kurang semen kayaknya," ungkapnya.
BPBD Magetan bersama TNI membersihkan reruntuhan rumah Waginem. Bantuan juga mengucur kepada korban.
"Dinas Sosial bantu sembako, alat rumah tangga dan selimut. Kalau bantuan rumah belum tahu," terang Tono.
Sementara Kepala Desa Pojok Sucipto menjelaskan, rumah Waginem dibangun tahun 2007 melalui program bedah rumah Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu-Taskin). Sebelumnya kondisi rumah tersebut tak layak huni.
"Saya sudah membuat laporan agar mendapat bantuan bedah rumah," tandasnya. (fat/fat)
