Salah satu petani bawang merah, Kateno (45) mengaku harga bawang merah di tingkat petani masih di bawah Rp 10 ribu per kilogram. "Padahal sebelumnya harga bawang merah lumayan tinggi, entah kenapa sekarang turun," tuturnya saat ditemui detikcom di Desa Bancar, Kecamatan Bungkal, Ponorogo, Senin (15/1/2018).
Untuk lahan miliknya dengan luas 250 meter persegi, hanya ditawar Rp 7 ribu per kilogram oleh pemborong. "Jika ditotal saya mungkin cuma dapat Rp 5 juta, belum dipotong biaya produksi sebesar Rp 3 juta, untungnya tipis sekali," terangnya.
Agar meningkatkan keuntungan di tengah merosotnya harga bawang merah, Kateno pun memilih menjual sendiri ke pedagang di pasar tanpa melalui pemborong. "Kalau dijual sendiri bisa Rp 10 ribu per kilogram," jelasnya.
Meski ia harus rela mengerjakan pasca panen sendirian, mulai dari pemanenan, pemotongan daun hingga mengeringkan bawang merah. "Jualnya pun saya sendiri, biasanya saya taruh 3-5 kilogram per pedagang," imbuhnya.
Ia berharap harga bawang merah bisa segera naik agar keuntungan yang didapatkan petani lebih baik. "Apalagi saya menggunakan pupuk non subsidi, soalnya kalau pakai yang subsidi, tanamannya kurang bagus hasilnya," ujarnya.
Salah satu pedagang di Pasar Bungkal, Partimah membenarkan jika harga bawang merah saat ini turun. "Seminggu yang lalu turun, dari Rp 32 ribu jadi Rp 20 ribu per kilogram," ucapnya.
Turunnya harga bawang merah ini, lanjutnya, disebabkan stok bawang merah yang melimpah terutama kiriman dari kota lain seperti Nganjuk, Kediri dan Blitar. "Kiriman dari luar kota banyak, jadi stok melimpah di pasar," pungkasnya. (iwd/iwd)











































