Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar Krisna Yekti mengatakan, angka itu menurun di tahun 2016 menjadi 308 kasus. Dan menurun kembali tahun 2017 menjadi 84 kasus.
"Potensi kenaikan cukup tinggi pada tahun 2018, karena adanya siklus tiga tahunan. Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, di tahun ketiga setelah tahun 2015 sebelumnya, pasti jumlahnya memuncak," kata Krisna ditemui di kantornya Jalan Semeru Kota Blitar, Senin (15/1/2018).
Krisna menambahkan, panjangnya musim penghujan tahun ini juga menjadi salah satu poin potensi meningkatnya kasus demam berdarah di tahun 2018. Namun, meski tahun 2017 jumlah penderita menurun, tapi angka kematian meningkat.
"Jika dibandingkan tahun 2015 dengan 356 penderita, korban meninggal 7 orang. Tapi tahun 2017 lalu, hanya 84 penderita, tapi yang meninggal sudah 4 orang," paparnya.
Sementara mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB) kasus DB, Dinkes Kabupaten Blitar makin giat menggalakkan gerakan juru pemantau jentik (Jumantik).
"Kesadaran masyarakat harus semakin tinggi untuk kepentingan kesehatan keluarganya sendiri. Satu rumah satu Jumantik itu wajib ada. Jangan tergantung ke pemerintah daerah, karena fogging yang dilakukan Pemda hanya bisa membunuh nyamuk dewasa," imbuhnya.
Sedangkan untuk memberantas jentik-jentik nyamuk, bisa dilakukan semua anggota keluarga yang telah dewasa.
"Kami terus sosialisasikan ke berbagai kalangan masyarakat pentingnya gerakan pemberantasan sarang dan jentik nyamuk. Karena semakin mandiri masyarakat dalam tindakan preventif kesehatan rumahnya, otomatis semakin baik tingkat kesehatan lingkungannya," pungkas wanita berkacamata ini. (fat/fat)











































