Padahal idealnya, untuk wilayah Ponorogo minimal ada 10 unit alat pendeteksi bencana. Bahkan Desa Banaran, Kecamatan Pulung, yang sempat mengalami bencana longsor hebat April 2017 lalu, hingga menewaskan 28 korban hingga kini belum dipasang alat pendeteksi bencana longsor atau extensometer.
Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Ponorogo, Setyo Budiono saat ditemui mengatakan pihaknya hingga saat ini masih melakukan koordinasi dengan SDM untuk meminta bantuan alat.
"Kami masih berkoordinasi terus dengan SDM agar bisa dikasih alatnya," tuturnya kepada detikcom, Minggu (14/1/2018).
Saat ini empat unit extensometer dipasang di empat kecamatan, yakni Sawoo, Ngebel, Slahung dan Pulung. Keempat wilayah tersebut dipilih karena sebelumnya ditemukan tanah retak hingga menimbun rumah warga.
"Seperti di Desa Wates, Kecamatan Slahung pernah kejadian tanah retak kemudian menimbun lima unit rumah, akhirnya kami memutuskan memasang alat di sana dengan berbagai pertimbangan," jelasnya.
Selain itu, dua unit alat pendeteksi banjir atau Early Warning System (EWS) yang berkolaborasi dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) juga terpasang di dua sungai yang disinyalir jadi penyebab banjir. "Untungnya keenam alat tersebut masih berfungsi dengan baik, meski saat musim kemarau terkadang tidak berfungsi karena adanya gangguan semut," terangnya.
Ia melanjutkan keberadaan alat pendeteksi bencana ini sangat membantu warga untuk segera mengungsi jika sewaktu-waktu ada pergerakan tanah. "Meski gerakan tanah sekitar satu meter saja, extensometer akan langsung berbunyi meraung-raung," ujarnya.
Jika sudah berbunyi, dipastikan warga bisa langsung mengungsi untuk antisipasi. "Alat seperti ini memang butuh banyak khususnya wilayah pegunungan yang ada di Ponorogo, apalagi Ponorogo banyak memiliki potensi bencana tanah gerak," paparnya.
Ia berharap segera ada bantuan pengadaan alat pendeteksi bencana, seperti extensometer dan EWS demi mengurangi korban akibat bencana yang terjadi di Ponorogo. "Kebutuhan akan alat-alat itu penting, karena untuk mendeteksi bencana," pungkasnya. (fat/fat)