Stok Obat RSUD dr Mohamad Saleh Alami Krisis, Ini Penyebabnya

Stok Obat RSUD dr Mohamad Saleh Alami Krisis, Ini Penyebabnya

M Rofiq - detikNews
Kamis, 04 Jan 2018 13:41 WIB
Pasien RSUD dr Mohamad Saleh mengantre obat di apotek (Foto: M Rofiq)
Probolinggo - Stok obat di RSUD dr Mohamad Saleh Kota Probolinggo sedang mengalami krisis. Penyebabnya adalah kondisi keuangan rumah sakit yang tak stabil akibat utang, yang salah satunya kepada distributor obat.

Ketua Komisi Medik dr. Mohamad Saleh Kota Probolingo dr Bambang Sukoco mengatakan, stok obat yang ada di rumah sakit memang sedang krisis, terutama untuk obat-obat tertentu. Kondisi itu sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

"Kondisi ini sudah dikeluhkan oleh beberapa tenaga medis yang ada rumah sakit," ujar Bambang kepada wartawan saat ditemui di ruangannya, Rabu (3/1/18).

Bambang mengatakan, salah satu obat yang stoknya krisis adalah obat untuk syaraf. "Sehingga pihak rumah sakit harus mencari ke apotek lain untuk membelinya dengan harga yang relatif mahal," ungkap Bambang.

Kondisi ini membuat sejumlah tenaga medis juga mengeluh, lantaran pasien yang ditanganinya sulit mendapatkan obat secara langsung. "Jika ada obat yang dibutuhkan pasien, maka pihak rumah sakit harus berusaha ke apotek lain untuk memenuhinya," terang dokter spesialis anestesi ini.

Krisis stok obat yang ada di RSUD dr Mohamad Saleh Kota Probolinggo, Kata Bambang, disebabkan kondisi keuangan rumah sakit yang tidak stabil. Bahkan saat ini pihak rumah sakit masih harus menanggung beban utang kepada distributor obat.

"Secara otomatis ketersedian obat di apotek sering terbengkalai," tegasnya.

Bahkan berdasarkan hasil rapat tahunan RSUD dr Mohamad Saleh, kata Bambang, kondisi keuangan rumah sakit saat ini mengalami minus. "Bahkan hutang yang harus ditanggung rumah sakit miliaran rupiah," ungkap Bambang.

Plt Wakil Direktur dan Keuangan RSUD dr Mohamad Saleh Kota Probolingo Retno Febi Hariati membenarkan adanya kondisi utang yang harus ditanggung pihak rumah sakit kepada distributor obat.

Menurut Retno, beban yang harus ditanggung rumah sakit kepada distributor obat sebesar Rp 9 miliar. Selain itu, BPJS masih mempunyai tunggakan kepada rumah sakit sebesar Rp 21 miliar.

"Lantaran piutang yang dimiliki pihak rumah sakit belum terbayarkan, salah satunya dari pihak BPJS. Sejak Oktober sampai dengan Desember 2017 piutang yang ada di BPJS sebesar Rp 21 milliar," jelas Retno.

Karena itulah pihak rumah sakit merasa kesulitan, karena ada piutang yang belum terbayarkan yang salah satunya dari BPJS. Retno mengaku harus mengunakan pendapatan dari pasien umum. "Jadi kami kelola dengan menggunakan dana hasil tersebut termasuk untuk kebutuhan makan pasien dan kebutuhan operasional lainnya, ujarnya.

Padahal pasien BPJS yang dirawat di RSUD dr Mohamad Saleh mencapai 80%. Yang 20% merupakan pasien umum. Pihak rumah sakit menurut Retno sudah menghubungi BPJS. Namun BPJS yang ada di daerah tidak bisa memberikan solusi konkret atas klaim yang diajukan.

"Alasan BPJS daerah soal klaim tergantung dari BPJS pusat," tandas Retno.

Keluhan juga datang dari pasien. Salah satu keluarga pasien, Wahyuni, mengatakan, untuk saat ini banyak obat yang tidak bisa di-cover apotek rumah sakit. Bahkan pihak rumah sakit menyarankan untuk ke apotek lain.

"Saya sangat kesulitan ketika apotek sudah tidak menyediakan obat yang kami butuhkan," kata Wahyuni.

Wahyuni juga menyayangkan atas kekosongan beberapa obat yang tidak bisa diperoleh pasien. Padahal pasien harus membutuhkan obat tersebut secara cepat. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.