Gapura Paduraksa yang Baru Diresmikan Dikritik Pemerhati Budaya

Gapura Paduraksa yang Baru Diresmikan Dikritik Pemerhati Budaya

Eko Sudjarwo - detikNews
Selasa, 02 Jan 2018 16:19 WIB
Gapura Paduraksa Lamongan/Foto: Eko Sudjarwo
Lamongan - Gapura Paduraksa yang diresmikan malam pergantian tahun 2018 disebut sebagai salah satu ikon baru Lamongan. Gapura yang dibangun sejak tahun 2014, menelan anggaran lebih Rp 4 Miliar dari APBD.

Rupanya, bangunan Gapura Paduraksa di Desa Pandan Pancur, Kecamatan Deket, berbatasan langsung dengan Duduksampeyan, Gresik, ini menuai kritik pemerhati budaya Lamongan, Supriyo.

Supriyo menyebut, Gapura Paduraksa adalah simbol dari ruang utama atau kepala jika di dalam tubuh manusia. "Paduraksa adalah simbol dari ruang utama atau kepala jika dalam tubuh manusia, makanya di Sendang Duwur ditempatkan di bagian menuju makam utama," terang Supriyo kepada detikcom di kediamannya di Desa Kendal Slamprat, Kecamatan Maduran, Selasa (2/1/2017).

Dia mengkritisi dari segi bentuk, desain dan konsep. Pasalnya, gapura itu membedakan sebuah wilayah dalam 2 bagian. Yakni, bagian ruang publik atau ruang semi privat dan ruang utama atau ruang privat.

Priyo mengungkapkan, Gapura Paduraksa bersayap model utama atau model bersayap bagian tengah bisa dipakai di desa. "Nah, masing-masing ditandai atau dibatasi dengan gapura bentar untuk ruang publik," ungkap Priyo.

Gapura tersebut, tegas Supriyo, biasanya digunakan untuk ruang semi privat dan privat/sakral. Membumikan Gapura Sendang Duwur jadi ikon daerah, kata Priyo, bisa selaras dari pintu masuk kabupaten sampai pintu masuk desa.

Gapura Paduraksa Lamongan/Gapura Paduraksa Lamongan/ Foto: Eko Sudjarwo


"Bagusnya paduraksa bersayap itu gapura di depan pendopo atau masuk kantor pemkab," paparnya.

Meski sepakat untuk mempatenkan desain gapura menjadi ikon Lamongan, namun dirinya Supriyo menegaskan harus jelas terlebih dulu konsep dasar dari gapura tersebut. Mestinya, di desa-desa tinggal mengaplikasikan gambar desain yang ada di masing-masing daerahnya.

"Misal gapura antar kecamatan atau desa harus memakai model bentar, tapi dengan desain khas yang sudah distandarkan pemkab," papar Priyo.

Sementara Kepala Seksi Museum Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Miftah Alamudin mengaku pandangan dari sisi budayawan dan pemerintah memang berbeda.

Jika budayawan melihat secara filosofis bahwa Gapura Paduraksa diperuntukkan untuk wilayah yang lebih berwibawa. Berbeda dengan pemkab yang menilai bahwa dibutuhkan ikon yang bisa dibanggakan Lamongan.

"Dari pandangan awal mungkin berbeda, karena kami melihat bahwa Lamongan membutuhkan ikon, itulah kenapa kami bangun gapura itu Gapura Paduraksa," ungkap Udin. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.