Pelajar Kelas 12 SMKN 1 Kota Blitar ini, giat mengerjakan pesanan miniatur bus dari berbagai kota. Apalagi saat liburan seperti saat ini. Sejak pagi sampai malam, Lambang makin enggan meninggalkan workshop di bagian dalam rumahnya.
"Ini sedang mengerjakan pesanan Jetbus jenis SHD. Ada teman Surabaya yang pesan lewat akun medsos. Mumpung liburan, saya mau selesaikan secepatnya," kata Lambang ditemui di rumahnya, Sabtu (23/12/2017).
Jika jadwal sekolah padat, Lambang perlu waktu sekitar dua bulan untuk menyelesaikan satu unit bus. Karena pekerjaan ini dilakukannya, saat waktu luang disela kesibukannya menyiapkan Ujian Nasional.
Lambang memang sudah terkenal sebagai perajin bus miniatur. Dari workshop mungil di rumahnya Jalan Suryat Gedok, Sananwetan Kota Blitar ini, sudah berpuluh miniatur bus dihasilkan dari tangan terampilnya. Seperti jenis Jetbus SDD, Jetbus SHD, Jetbus 2 setra, Tentrem MAX dan Legacy Sky.
Para pemesan, merupakan anggota komunitas Small ia Sexy (SIS) dari seluruh Indonesia. Mereka adalah penggemar koleksi miniatur bus dan belajar bersama berbagai jenis design modifikasi karoseri bus.
"Paling rumit pengerjaannya yang Jetbus SDD. Aksesorisnya juga detail. Ada dua tingkat kursi penumpang. Ongkos produksinya juga lebih mahal, bisa sampai Rp 1,2 juta," kata putra pertama pasangan Sutalban dan Titik Wahyu Widyawati ini.
Kalau untuk miniatur bus jenis lain, Lambang mematok harga dikisaran Rp 365 sampai Rp 400 ribu per unit. Tak hanya miniatur bus hasil karya terampilnya. Namun pemuda jurusan teknik mesin ini juga lihai membuat miniatur kereta api.
"Pas launching KA Singhasari saya serahkan miniatur kereta api ke Kepala Stasiun Blitar. Itu sebagai cinderamata dari komunitas railfan Blitar," tuturnya.
Lambang mengaku sangat beruntung bertemu dengan banyak pemuda yang sejalan dengan pemikirannya. Komunitas kreatif inilah yang menggandengnya terus berkarya.
"Awalnya dari kumpul-kumpul di tempat parkir Makam Bung Karno. Disitu banyak bus berbagai bentuk datang. Lalu kami sering jadikan bahan obrolan. Lama-lama, saya kok tertarik mengetahui lebih detail jenis tiap unitnya. Lalu saya bikin miniaturnya. Alhamdulillah banyak yang suka karya saya," ujarnya.
Bagi Lambang, bergaul dengan komunitas yang membuatnya maju itu sangat menguntungkan. Berbagi pengalaman positif, menjauhkannya terkontaminasi efek buruk pergaulan.
Yang lebih penting, menurut dia, pemuda zaman now baru dibilang keren jika menikmati hobi dari hasil keringat sendiri.
"Uang hasil kerja ini saya pakai traveling. Kalau pengen beli sesuatu, juga hasil kerja ini. Rasanya lebih puas bersenang-senang dengan uang hasil keringat kita sendiri," pungkasnya. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini