Orang tua pasien, Sonny Ali Dharmawan mengatakan, pengalaman tidak menyenangkan terjadi, Senin (5/11). Saat itu dia berencana memeriksakan anaknya ke dokter spesialis jantung RSUD dr Soedomo Trenggalek.
"Saya jam 6 pagi sudah datang, kemudian diberi kartu berobat dan disuruh mengantre, karena dokternya buka mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB. Hingga pukul 11.30 WIB itu belum datang, kemudian saya dipanggil, ternyata hanya ada susternya," kata Sonny kepada detikcom saat dihubungi, Selasa (6/12/2017).
Saat itulah, Sonny memberanikan diri bertaya kepada pegawai rumah sakit, untuk menanyakan keberadaan dokter spesialis yang ditunggu. Namun jwaban sang pegawai justru terkesan tidak menyenangkan.
"Saya tanya, dokternya apa belum datang, kemudian dijawab belum, kemana, tidak tahu mas. Kemudian saya bilang, masak terlambat dan susternya tadi jawab, sampean jangan bulang begitu nanti dokternya marah, dia kan satu-satunya dokter jantung di Trenggalek," ujarnya.
Pihaknya mengaku kecewa dengan pelayanan yang diberikan petugas RSUD Trenggalek. Seharusnya para pegawai memberikan pelayanan kepada setiap penunjung maupun pasien rumah sakit dengan ramah.
"Saya kan kesal dapat perlakuan seperti itu, kasihan para pasien yang sudah menunggu berjam-jam, apalagi anak saya baru 2,5 bulan," imbuhnya.
Sonny mengaku baru mendapatkan pelayanan dari dokter yang bersangkutan sekitar pukul 12.30 WIB, setelah megikuti antrean puluhan pasien lainnya. Pihaknya berharap manajemen rumah sakit melakukan pembenahan terhadap pelayanan yang ada, sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Kebetulan saya kemarin itu mau periksakan anak, karena terdapat dua pendapat dokter yang berbeda, yang satu menyatakan anak saya mengalami kelainan jantung dan yang satu tidak. Makanya saya bawa ke dokter spesialis," jelasnya.
Sementara Direktur RSUD dr Soedomo Trenggalek, Saeroni mengatakan, dokter spesialis jantung tersebut telah datang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Namun yang bersangkutan tidak bisa langsung memberikan layanan di Poli Jantung karena masih melayani pemeriksaan pasien rawat inap.
"Mengingat dokter jantung ini cuma satu, jadi harus memberikan layanan di rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan kadang-kadang rawat jalan itu ditinggal dulu memberikan pelayanan dirawat inap, sehingga kadang-kadang terjadi keterlambatan di rawat jalan," katanya.
Ditambahkan Saeroni, kondisi keterlambatan tersebut tidak selalu terjadi. Hal tersebut hanya bersifat kondisional tergantung kondisi pasien rawat inap. Bila pasien rawat inap dalam kondisi gawat dan membutuhkan pertolongan, dokter akan mendahulukan pasien tersebut.
"Namun apabila kondisinya tidak gawat biasanya akan didahulukan yang rawat jalan," ujar Saeroni. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini