Rem tersebut akan berfungsi ketika jalur menurun atau ketika usai dari puncak. Para penambang belerang yang menjadi 'driver' dengan lihai mampu menahan agar gerobak tidak meluncur liar.
"Kalau naik kan pelan. Tidak kencang. Kalau turun itu membutuhkan tenaga karena menahan laju gerobak. Tapi ada rem yang mampu untuk menahannya," ujar Eko, 'driver' , Sabtu (11/11/2017).
Demikian saat berangkat ke puncak, gerobak yang ditumpangi wisatawan tidak akan dibiarkan melorot. Mereka adalah penambang yang mengerti medan dan seluk beluk jalur menuju puncak.
"Kita akan jaga penumpang sampai puncak hingga turun ke Paltuding lagi. Itu tanggung jawab kami," ujarnya.
Wisatawan yang naik menggunakan 'taksi' ini menempuh jarak sama dengan tracking menuju puncak Ijen, atau sekitar 3 kilometer. Namun, pengguna 'taksi' akan lebih cepat.
"Kalau pejalan kaki itu ya bisa 3 sampai 4 jam. Kalau kita sekitar dua jam setengah sudah sampai puncak. Wisatawan biasanya minggir ketika ada kita jalan. Kasihan mungkin," tambahnya.
Untuk bisa merasakan jasa 'taksi' ini tidak gratis. Biaya sekali pulang-pergi, wisatawan harus merogoh kocek yang tidak sedikit.
Tarif wisatawan domestik dikenakan Rp 800 ribu, sedangkan wisatawan mancanegara dikenakan tarif Rp 1,2 juta. Namun 'taksi' ini juga melayani bila wisatawan hanya ingin berangkat atau pulangnya saja.
"Kalau cuma pulangnya saja Rp 200 Ribu," tambahnya. (ugik/ugik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini