'Taksi' berupa gerobak beroda dua yang pada awalnya untuk mengangkut belerang ini disulap menjadi alat pengangkut wisatawan yang tidak ingin ngos-ngosan.
Sebagian penambang belerang yang selama ini beraktivitas di gunung setinggi 2.443 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu nyambi sebagai joki 'taksi'.
Mereka sudah terbiasa mengangkut puluhan kilogram belerang di pundaknya dari kawah menuju pintu keberangkatan pendakian di Paltuding.
![]() |
"Memang berat. Tapi demi membantu wisatawan yang tidak kuat naik ke puncak ya kita angkut saja. Lumayan buat tambahan di dapur," kata Eko, salah satu penambang belerang yang kini bersama rekannya menjadi joki 'taksi', Sabtu (11/11/2017).
Gerobak yang dijadikan 'taksi' itu ditarik penambang. Jumlah penambang yang terlibat operasional satu 'taksi' bisa mencapai 4 orang, menyesuaikan berat penumpangnya.
"Kalau beratnya di atas 80 kilogram yang narik ada empat orang, satu orang di belakang mendorong dan kemudi," jelas Eko.
'Taksi' di Gunung Ijen ini ternyata digemari wisatawan yang ingin menuju puncak tanpa harus kelelahan.
"Ya senang, baru tengok Ijen ini. Ada 'taksi' Ijen bisa bantu saya naik ke puncak," ujar Siti Umairoh, seorang wisatawan asal Malaysia.
Untuk bisa merasakan jasa 'taksi' ini tidak gratis. Biaya sekali pulang-pergi, wisatawan harus merogoh kocek yang tidak sedikit.
Tarif wisatawan domestik dikenakan Rp 800 ribu, sedangkan wisatawan mancanegara dikenakan tarif Rp 1,2 juta. Namun 'taksi' ini juga melayani bila wisatawan hanya ingin berangkat atau pulangnya saja.
"Kalau cuma pulangnya saja Rp 200 Ribu," kata Eko. (ugik/ugik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini