Rupanya, sebelum berangkat mereka membekali sambel pecel dan serundeng selama hidup di Jepang. Meski menginap di hotel mewah, empat santri dan seorang pembinanya lebih memilih memasak nasi sendiri.
"Iya selama sepekan di sana, kami memang memasak nasi sendiri. Lauknya bawa sambel pecel dan serundeng saja," kata seorang santri juara 1 event itu, M.Gymnastiar saat bertemu detikcom di Pendopo Ronggohadinegoro Kabupaten Blitar, Sabtu (4/11/2017).
Dua lauk itu, kata dia, awet dan mudah dibawa. Lagipula, semua santri menyukainya. "Kalau di pondok ya ini makanan kami sehari-harinya. Daripada di Jepang tidak cocok makanannya, terus kami sakit malah tidak bisa lomba, ya bawa lauk sendiri saja," ungkap Gymnastiar dengan polos.
Baca Juga: Keren, Santri Mambaus Sholihin Blitar Borong Juara Robotik Games
Apakah hanya itu saja alasannya? "Kami hanya memastikan, makanan kami selama di Jepang itu halal. Jadi biar benar-benar bisa fokus lomba dan mengenal budaya di sana," terang warga Wates Kabupaten Blitar ini.
Selama di Osaka, Gymnastiar mengaku, tidak hanya lomba robotika saja. Namun juga melakukan silaturahmi dengan peserta lain dan lebih mengenal budaya Jepang.
"Banyak yang menarik di sana. Saya bisa merasakan musim dingin. Terus masyarakat sana sangat disiplin, tidak ada sampah berserakan. Semua sangat bersih," tuturnya.
Selain itu, dia juga melihat tempat bersejarah bagi bangsa Jepang dan pertunjukan kesenian Jepang.
Gymnastiar sebagai pemenang juara 1 juga mendapat hadiah uang tunai senilai 7000 Yen. Kalau dirupiahkan sekitar Rp 800 ribu. "Tapi sudah habis di sana. Buat beli baju sama souvenir buat oleh-oleh keluarga dan teman-teman di sini," pungkasnya dengan riang. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini