Pengelola Istana Gebang Blitar Larang Pengunjung Ritual di Lokasi

Pengelola Istana Gebang Blitar Larang Pengunjung Ritual di Lokasi

Erliana Riady - detikNews
Kamis, 26 Okt 2017 20:35 WIB
Foto: Erliana Riady
Blitar - Istana Gebang tak bisa lepas dari kesan sakral. Berbagai koleksi benda kuno yang ada di dalamnya, mengantarkan imajinasi pengunjung pada nuansa romantisme kesakralan. Hingga tak jarang, banyak pengunjung dengan keyakinan tertentu, menggelar ritual di areal Istana Gebang.

Seperti yang ditemui detikcom dari pengunjung asal Bandung hari ini. Lelaki tua itu menyulut ratus di ujung rokoknya. Hingga tersebar aroma wangi dupa seisi ruangan. Namun ternyata, pihak pengelola melarang segala aktifitas semacam itu. Walaupun tidak ada larangan tertulis yang menyatakannya.

"Kami larang, ini tempat bersejarah. Jangan sampai disalah gunakan untuk kepentingan lainnya. Tempat ini dibuka untuk umum supaya masyarakat luas tahu bukti-bukti sejarah. Bukan untuk kegiatan lainnya," tegas seorang petugas Istana Gebang, Yulita Chandra (45) pada detikcom, Kamis (26/10/2017).

Menurut Yulita, dari sekian banyak pengunjung seluruh Indonesia, kebanyakan pengunjung dari Jawa Barat dan Banten yang meminta izin melakukan ritual. Seperti melekan (tidak tidur sehari semalam), atau membakar kemenyan dan menabur kembang di bekas kamar Soekarno.

"Banyak sebenarnya yang minta izin seperti itu. Tapi dengan tegas kami larang, karena ini tempat bersejarah. Bukan tempat pemujaan, dan jangan sampai disalahgunakan," jelas wanita berkulit putih itu.

Pengelola Istana Gebang Larang Ritual di Lokasi BersejarahFoto: Erliana Riady

Seperti saat detikcom bertemu pengunjung asal Bandung yang menyulut ratus di ujung rokoknya. Begitu petugas tahu, pengunjung tersebut langsung disuruh mematikan rokok dan mencelupkan abunya di gelas berisi air.

"Ya memang saya minta segera dimatikan. Karena tadi siswa SD yang berkunjung, pada berlarian ke depan takut dengan bau dupa yang menyebar," ucapnya.

Bagi Yulita, kenyamanan pengunjung saat berada di Istana Gebang menjadi tanggung jawabnya. Karena tak hanya orang tua saja yang datang, melainkan banyak kalangan siswa TK dan SD yang berkunjung ke lokasi bersejarah tersebut.

"Jangan sampai pengunjung yang masih anak-anak itu, punya pemikiran lain ketika memasuki Istana Gebang. Makanya hal-hal seperti itu kita jaga untuk kepentingan bersama," pungkasnya. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.