Kasi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, Putut Mahendra Data, mengatakan, tinginya curah hujan di beberapa kecamatan belum terdampak langsung pulihnya sumber air di perkampungan warga.
"Ini justru ada yang baru minta pengiriman air bersih. Yaitu Dusun Secang Desa Pogalan dan Desa Sengon Kecamatan Bendungan, namun untuk Sengon masih sebatas lisan, surat belum masuk," kata Putut, Kamis (26/10/2017).
Menurutnya desa-desa yang terdampak kekeringan tersebut adalah Jatiprahu, Suruh, Prambon, Ngrandu, Mlinjon, Pogalan, Karangtengah, Besuki, Ngrencak, Terbis, Cakul, Bogoran dan Desa Sengon.
Untuk mengatasi bencana tersebut BPBD Trenggalek masih melakukan distribusi bantuan air bersih kepada desa yang terdampak. Pengiriman bantuan air bersih dibiayai dari dua sumber, yakni APBD kabupaten dan Biaya Tidak Terduga (BTT) dari Pemprov Jawa Timur.
"Untuk yang dibiayai APBD cukup menyerahkan surat permintaan dari desa bisa langsung dikirim, tapi kalau BTT harus masuk dalam surat pernyataan tanggap bencana," imbuhnya.
Sementara Kasi Kedaruratan BOBD Trenggalek, Ahmad Budiharto menjelaskan, wilayah yang terdampak kekeringan tersebar secara sporadis. Saat ini beberapa desa yang terdampak mengalami pergeseran.
"Jadi ada desa yang sudah mulai terpenuhi airnya, sehingga pengiriman mulai dikurangi. Namun juga ada yang baru mengalami krisis air dan mulai dikirim bantuan," ujarnya.
Budi mengaku, beberapa desa yang mulai mendapatkan pengurangan bantuan di antaranya Timahan, Gador, Gading dan Desa Timahan. Namun apabila kembali mengalami krisis air parah tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan pengiriman kembali.
Dikonfirmasi terpisah, salah seorang warga Dusun Secang, Deaa Pogalan, Wina, mengaku daerahnya telah mengalami kekeringan sejak tiga bulan terakhir. Sebelum mendapat bantuan air, warga hanya menggantukan pasokan aie dari sumber yang ada di tengah hutan.
"Itupun harus giliran, kalau pagi untuk warga yang ada di wilayah atas, sedangkan siang sampai sore untuk warga bawah," katanya.
Meski demikian, jumlah air yang didapatkan tidak merata dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warga pun harus menghemat untuk bisa mencukupi semua kebutuhan.
"Antrenya itu bisa sampai 5 jam, itupun paling-paling cuma dapat 8 timba," imbuhnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini