"Pelaksanaan lombanya 3 hari, dari tanggal 13-15 Oktober 2017. Pada hari pertama lomba maze solving (robot dg program mengikuti garis)," ujar penanggung jawab robotika SD Muhammadiyah 4 Endik Styawan kepada wartawan (23/10/2017).
Hari kedua, kata Edik, mengikuti lomba fire fighting (robot line tracer dan bisa mematikan api lilin) dan gathering (robot yang dapat membawa objek kemudian diletakan di posisi yang sudah ditentukan). Hari ketiga mengikuti lomba Drone racing (balapan drone) dan rescue (sama seperti gathering namun rescue hanya mengambil objek bola kemudian diletakan di sebuah kotak).
Sebanyak 13 siswa mengikuti lomba tersebut. Mereka berkompetisi dengan 200 peserta lainnya.
![]() |
Endik mengaku 13 anak ini merupakan anak-anak yang dipilihnya dengan berbagai pertimbangan untuk mengikuti kompetisi WIRC.
"Anak-anak ini saya yang milih dengan pertimbangan kesungguhan anak-anak dalam mendalami robotika, disiplin diri, dan mereka memiliki bakat di bidang robotika. Hal yang paling penting adalah dukungan orang tua, karena lomba seperti ini perlu biaya akomodasi pribadi, sekolah hanya membayar pelatihnya," akunya.
Ada 3 dari 13 siswa yang menyabet 2 juara sekaligus yaitu Fadhillah Ginting (11), Reyhan Nino (11), dan M. Fairuz (10).
"Fadhillah mendapatkan 2 medali emas dari lomba maze solving dan gathering, Nino mendapatkan medali perak pada lomba maze solving dan medali perunggu pada lomba fire fighting, dan Fairuz mendapatkan medali perunggu pada lomba maze solving dan medali perak pada lomba gathering," jelas Endik.
Endik berharap ke depan anak-anak SD Muhammadiyah 4 tidak hanya berprestasi dibidang akademik saja, namun juga berprestasi dibidang robotika.
"Harapan ke depannya anak-anak mampu selain berprestasi di bidang akademik, mereka juga berprestasi di bidang robotika. Saya berharap anak-anak ini bisa mempertahankan prestasi di bidang robotika seperti almamater tahun 2009 lalu, supaya ke depan mereka tidak hanya ikut lomba robotika bertaraf nasional saja tapi juga bisa ikuti lomba robotika bertaraf internasional," tandas Endhik.
![]() |
"Yang lomba pertama (maze solving) gagal pas lomba soalnya robotnya gak stabil dan rodanya licin. Pas lomba sensornya rusak, isolasinya ilang jadi berhenti di tengah jalan," ungkap Fadhillah.
Melihat mobilnya berhenti, Fadhillah dengan temannya Rakha Adinata (11) segera mengganti sensor dan roda pada robot buatan mereka.
"lomba 2 sesi, pas sesi 1 kita kalah sampai nangis lalu ternyata ada sesi 2 jadi kita perbaiki dan akhirnya maze solving kita paling cepet waktunya, yaitu 10 detik," ujar Fadhillah Ginting.
Fadhillah mengaku kegagalan pada lombanya terjadi karena kurang teliti dan kerjasama. Namun berkat dukungan dari orang tua dan sekolah, ia tidak menyerah untuk perbaiki kegagalannya.
"Kami gagal karena kurang teliti dan kurang kerjasama. Alhamdulilah kami bisa perbaiki maze solvingnya dan menang. Kami juga bisa menang karena didukung sama orang tua, pelatih, kepala sekolah untuk tidak menyerah walaupun gagal," pungkasnya. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini