Penjual koran itu adalah Wilem Jesen Pitoy. Sehari-hari Wilem berjualan koran di perempatan lampu lalu lintas Jalan Indragiri. Apa yang dilakukan pria 46 tahun itu viral di media sosial.
Wilem mengaku menulis curhatan hidupnya karena roda perekonomiannya yang menurun. Ditambah lagi ia terlilit hutang kepada rentenir. Wilem mengaku mendapatkan ide untuk menyelipkan surat harapan itu setelah salat tahajud.
"Setiap kali salat saya selalu meminta petunjuk jalan supaya terbebas dari kesulitan. Lalu tiga minggu yang lalu tepatnya di hari Jumat malam selesai salat, saya seolah mendapat ide ini dari Allah. Saya langsung sujud di teras rumah," kata Wilem saat ditemui detikcom di Jalan Indragiri tempat ia berjualan koran, Selasa (17/10/2017).
![]() |
"Saya sudah putus asa. Dua tahun terakhir ini, sehari hanya laku 30-40 koran saja. Padahal sebelumnya bisa sampai 100 eksemplar," kata Wilem.
Selain untuk makan anak dan istrinya, pria yang tinggal di Kampung Pakis Gunung 2/46D ini mengaku uang yang didapatkannya digunakan untuk menutupi utang biaya operasi istrinya.
Namun seberapa keras ia berjualan koran, uang yang dihasilkan sepertinya tak mampu menutupi utang. Karena utang tersebut berbunga setiap hari. Dalam sehari, Wilem hanya mampu membawa uang sekitar Rp 50-60 ribu.
![]() |
Wilem merupakan penyandang tuna daksa. Ia berjalan dibantu dengan dua kruk. Kecelakaan adalah alasan Wilem menggunakan kruk. Saat berjualan, Wilem lebih banyak berdiri atau duduk di pembatas jalan.
Ia tak sering berjalan hilir mudik menjajakan korannya. Ia lebih sering mendekat ke pemilik mobil yang telah berbaik hati akan membeli korannya.
Joko Susanto, teman Wilem yang mengantarnya setiap hari membenarkan kondisi Wilem tersebut.
"Kasihan, dia terlilit hutang bunga rentenir, jadi kayak gali lubang tutup lubang dia selama ini," ujar Joko yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir.
![]() |