Pasar yang terletak di Lingkungan Sidomulyo, Kelurahan Mentikan, Prajurit Kulon, ini tergolong legendaris. Selain berada di pusat kota, letaknya di salah satu gang di tengah keramaian pusat perbelanjaan Jalan Majapahit.
Bangunan pasar yang megah dan kokoh, tak sebanding dengan perputaran ekonomi di dalamnya. Kondisi Pasar Kliwon sepi pengunjung. Kondisi itu membuat sebagian besar pedagang di pasar ini, gulung tikar.
Dari 31 kios dan 20 los yang ada di pasar ini, hanya 7 kios dan 7 los yang rutin buka setiap harinya. Begitu pula kondisi 22 lapak di pujasera jarang yang buka.
"Banyak yang tutup, para pedagang memilih berjualan di tempat lain, alasannya tempat kurang mendukung karena sepi pengunjung," kata Fajar Taufik (33), salah seorang pedagang Pasar Kliwon yang memilih bertahan saat berbincang dengan detikcom, Selasa (10/10/2017).
Menurut Taufik, sepinya pengunjung di Pasar Kliwon sejak munculnya pusat perbelanjaan baru di Kota Mojokerto. Hal itu terjadi sejak tahun 2012. Selain itu, Pasar Kliwon juga kalah bersaing dengan Pasar Benteng Pancasila yang menjadi favorit warga Kota Onde-onde.
"Dulunya Pasar Kliwon sangat ramai pengunjung, pasar ini mulai sepi sejak banyaknya pasar lain dan pusat perbelanjaan, pengunjung memilih mudahnya akses, kalau Pasar Kliwon kan berada di dalam gang," ujarnya.
Taufik mengaku, sepinya pengunjung Pasar Kliwon tak terlalu berdampak terhadap bisnis persewaan baju adat yang digeluti. Pasalnya, dirinya melakukan pemasaran melalui media sosial sehingga tak mengandalkan kedatangan pengunjung. Namun, sepinya pasar turut membuat dirinya prihatin dengan nasib pedagang lainnya.
![]() |
"Pamornya Pasar Kliwon kan dulunya ada Gedung Brantas, di dalamnya rutin digelar festival ludruk. Harapannya di sini digelar even-even kebudayaan untuk menarik minat pengunjung," terangnya.
Sepinya Pasar Kliwon juga dikeluhkan Nurul (60), pedagang pakaian. Hasil jualannya kini hanya cukup untuk makan sehari-hari. Paling ramai, dia hanya mampu menjual 5 potong pakaian dengan keuntungan tak lebih dari Rp 25 ribu.
"Dulunya ini pasar legendaris, paling rame pengunjung. Sejak dibangun (revitalisasi) menjadi sepi, tak tahu kenapa. Mungkin karena adanya Pasar Benpas juga terlalu dekat dengan pasar-pasar yang lain," cetusnya.
Kendati sepi, Nurul memilih bertahan mengadu nasib di Pasar Kliwon. "Ini warisan orang tua saya, inginnya mempertahankan saja, mau bagaimana lagi, dijalani saja," jelasnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto Ruby Hartoyo menuturkan, tahun ini pihaknya tak bisa berbuat banyak untuk memajukan Pasar Kliwon menyusul terbatasnya anggaran. Menurut dia, pasar ini akan dikembangkan tahun 2018 dengan beberapa upaya.
"Tahun depan kami akan membuat panggung di sisi timur untuk pertunjukan ludruk dan wifi corner itu nanti yang menjadi daya tarik pembeli," paparnya.
Di samping itu, penataan terhadap para pedagang akan dilakukan. Kios-kios yang ditinggalkan pedagang akan diisi dengan pedagang baru. "Nanti kami lakukan pendataan, pedagang lama yang tak buka akan kami ganti pedagang yang baru, banyak yang mau mengisi," tandasnya.
Pasar Kliwon direvitalisasi tahun 2013 menggunakan dana bantuan dari Kemendag Rp 2,7 miliar. Pasar ini dibangun dengan dua lantai. Lantai pertama berisi 18 kios dan 20 los, sedangkan lantai ke dua berisi 13 kios plus kamar mandi. Sementara tahun 2016, dengan dana Rp 500 juta, Pemkot Mojokerto membangun 22 lapak pujasera tepat di depan pasar. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini