Kembang Pepe adalah sebuah gending (lagu) pada pertunjukan Gandrung saat ini. Gending ini rupanya memiliki sarat arti dalam perjuangan Gandrung saat melawan Belanda.
Karya sastra yang diketahui diciptakan sekitar tahun 1775-1776 ini, merupakan kelanjutan dari gending 'Seblang Lukinto' yang menjadi tema Gandrung Sewu tahun sebelumnya.
"Kembang Pepe ini menceritakan perjuangan pejuang Blambangan saat itu perang melawan Belanda. Mereka bergerilya dan membunuh Belanda dengan tipu daya muslihat. Mereka menggelar pertunjukan Barong dan Gandrung, yang kemudian mereka mengajak Belanda minum minuman keras. Setelah teler, mereka kemudian membawa pasukan Belanda ke laut dan ke Gunung, untuk dieksekusi," ujar Abdullah Fauzi, penyair Banyuwangi, kepada detikcom, Jumat (6/10/2017).
"Seblang Lukinto itu istilahnya baru mengumumkan perang melawan penjajah, atur strategi dan mempersiapkan peperangan," tambahnya.
Abdullah Fauzi menambahkan, syair gending Kembang Pepe jika diartikan secara gamblang terlihat saru. Menceritakan tentang pengantin baru yang sedang memadu kasih (bersetubuh). Namun cerita itu hanyalah sebuah 'kode' atau isyarat yang hanya dimengerti para pejuang terdahulu. Ini sengaja disembunyikan, agar tidak dimengerti oleh para penjajah dan antek penjajah.
"Memang antara surat dan yang tersirat berbeda. Itu syair tersembunyi yang di lautan dalam gending kesenian Gandrung," tambahnya.
Kembang Pepe
Kembang pepe
Merambat ring kayu arum
Sang aruma membat mayun
Sang pepe ngajak lungo
Ngajak lungo
Mbok penganten kariyo dalu
Ngenjot-ngenjot lakune
Baliyo ngeluru lare
Lare dakon
Turokno ring perahu
Lurubana bana cinde
Kang kumendung welangsani
"Sedikit arti dalam syair gending Kembang Pepe itu, kita jangan terlena seperti pengantin baru, mari kita menikmati pengantin baru untuk mencari momongan. Jika diartikan lewat kode adalah waktunya bergerilya untuk mencari Belanda untuk dibunuh dan buang ke laut dan gunung. Arti lare dakon itu ya Belanda untuk dibantai," tambahnya.
Festival Gandrung Sewu kembali akan digelar di bibir Pantai Boom, Banyuwangi, Minggu (8/10/2017) mendatang. Atraksi budaya tahunan ini akan menyajikan penampilan kolosal 1.286 penari Gandrung, tarian khas Banyuwangi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Festival Gandrung Sewu, akan menyajikan atraksi yang sangat menarik. Lebih dari seribu penari dengan busana berwarna merah menyala akan kompak menampilkan koreografi tematik di bibir pantai dengan latar belakang Selat Bali. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini