Isinya antara lain: "Gojek, uber, grab menyengsarakan angkutan kota", "Kami butuh perhatian dan keadilan dari pemerintah. Jangan matikan pintu rejeki kami"
"Sekarang untuk setoran saja susah, kadang-kadang malah kita tidak dapat," kata Hussein (53), salah satu sopir angkot lyn HG jurusan Karangpilang-Driyorejo-Krian, saat di depan kantor gubernur Jatim, Selasa (3/10/2017).
Ia mengatakan, sehari ia bisa membawa pulang Rp 15-Rp 25 ribu. Jumlah tersebut jauh berbeda dari pendapatan sebelum ada transportasi online.
![]() |
"Dulu sehari bisa bawa pulang Rp 70-Rp 80 ribu, sekarang mana bisa," tambahnya.
Lain lagi dengan Nurul Hanafi. Ia memprotes pemerintah yang dianggap kurang tegas soal regulasi terkait transportasi online. "Kami ini juga perlu diperhatikan, kami juga rakyat. Harus adil," ujar Nurul.
Nurul mengaku generasinya sudah susah jika diharuskan beralih ke profesi lain. "Jni yang ada di sini kebanyakan 50 tahun ke atas. Kami sulit kalau mau alih profesi lagi," ujar pria yang sudah 30 tahun menjadi sopir angkot.
Sementara hingga pukul 12.30 WIB, para sopir angkot masih berorasi dan di depan kantor gubernur. Mereka menunggu Gubernur Soekarwo menerima tuntutannya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini