Apel memperingati Hari Kesaktian Pancasila ini diikuti 200 anggota legislatif dan Ketua DPC Parati Gerindra dari 38 Kabupaten/Kota Se Jawa Timur, Minggu (1/10/2017) pagi.
"Gerindra ingin membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Jawa Timur, dengan menggelar Apel Kesaktian Pancasila," kata Ketua DPD Gerindra Jatim, Soepriyatno, yang pagi ini menjadi Inspektur upacara.
Gerindra memilih lokasi apel di Monumen Trisula Bakung Blitar ini, menurut Soepriyatno, karena tempat ini bersejarah, sekaligus mengedukasi ke masyarakat tentang pentingnya semangat berideologi Pancasila.
"Apel ini penting untuk digelar, karena merupakan bagian dari konsolidasi partai untuk menghadapi perhelatan Pilkada serentak dan Pemilu 2019. Seperti diketahui Pilkada Jawa Timur akan digelar Juli 2018, untuk memilih gubernur dan wakil gubernur baru," ujar politisi yang kini menjabat sebagai pimpinan Komisi XI DPR RI.
Dengan seragam bermotif doreng warna krem (Desert Camouflage Uniform), ribuan kader Gerindra yang tergabung dalam Garda Merah Putih (GMP) memulai apel sekitar pukul 09.30 wib. Lapangan yang berjarak hanya 100 meter dari Monumen Trisula itu, separuhnya tampak berubah warna seperti gurun pasir.
Usai apel Kesaktian Pancasila, GMP DPD Partai Gerindra Jatim akan melakukan bhakti sosial di lingkungan Monumen Trisula. "Seluruh kader akan membersihkan Monumen, Lapangan dan masjid. Ini bhakti dan pengabdian kami, Gerindra Jatim untuk masyarakat di Bakung Blitar," tegas Komandan GMP Jawa Timur, H. Hidayat ditemui usai apel.
Selain menggelar apel, malamnya bersama masyarakat dan Koramil Bakung, akan dilakukan kegiatan doa tahlil Istighosah serta Nontong Bareng Film Pengkhianatan G30S/PKI.
"Kami siapkan banyak doorprize, hadiah yang akan dibagikan kepada masyarakat yg hadir. Ada sepeda, peralatan dapur, payung dan lainnya," jelas Wakil Ketua Bidang Komunikasi DPD Gerindra Jawa Timur, Hendro T Subiyantoro.
Menurut Hendro, Blitar Selatan memiliki catatan panjang dalam penumpasan PKI. Sejak tahun 1972 pemerintah mendirikan Monumen Trisula untuk mengingat sejarah penumpasan pemberontakan PKI melalui Operasi Trisula. Namun, pasca Orde baru tumbang, Monumen Trisula tidak banyak dilirik orang.
"Padahal sebelumnya, setiap bulan September-Oktober selalu di gelar upacara dan berbagai kegiatan yg cukup meriah disini," pungkasnya. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini