Kegiatan masyarakat menyambut awal tahun ini merupakan swadaya murni masyarakat dalam menolak bala dan pengharapan di tahun baru mendatang. Acara ini dihadiri oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan rombongan SKPD. Bupati Anas langsung membaur bersama warga Pekulo yang mengarak puluhan tumpeng tersebut.
Ada 20 tumpeng raksasa yang diarak keliling dusun. Rata-rata tingginya sekitar 2 meter. Tumpeng itu berisi nasi kuning dan putih dengan di bagian sisinya dipenuhi sayur urap kelapa. Selain itu, juga ada tumpeng raksasa berisi segala hasil bumi sayur-sayuran dan buah yang disusun menggunung.
![]() |
Andre menambahkan, selain penolakan bala dan pengharapan di tahun mendatang, arak-arakan tumpeng raksasa dilakukan sebagai wujud syukur masyarakat Pekulo atas melimpahnya hasil bumi.
"Dalam hidup ini wajib bersyukur. Tumpeng itu menjadi pangiling (pengingat) bagaimana syukur kepada tuhan dan selalu waspada, dalam menyambut tahun baru Islam, Muharram, agar ke depan semakin lebih baik," terangnya.
Dari cerita leluhur, pada era kerajaan Blambangan, tradisi tumpengan sudah digelar masyarakat Pekulo. Saat itu daerah itu mengalami kekeringan dan banyak penyakit yang menyerang masyarakat. Kemudian masyarakat memiliki inisiatif untuk membuat ritual ancakan (makan tumpeng di sepanjang jalan).
Namun sebelumnya juga digelar arak-arakan tumpeng sebagai ritual bersih Desa. Hasilnya, penyakit masyarakat hilang dan kekeringan yang melanda bisa teratasi.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut antusias kegiatan ritual masyarakat tersebut. Melihat kekompakan tersebut, Anas berupaya akan memasukkan ke dalam agenda Banyuwangi Festival tahun depan.
"Mudah mudahan kegiatan budaya di sini bisa tumbuh dan berkembang. Nanti bisa jadi akan dimasukkan dalam Banyuwangi Festival. Karena dengan kegiatan ini, bisa menambah kerukunan dan keguyuban masyarakat," ujarnya. (iwd/iwd)