Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Blitar, Krisna Yekti mengatakan, banyaknya laporan yang diterima pihaknya seiring semakin tingginya tingkat pemahaman masyarakat terkait KIPI.
"Banyak yang melapor karena kami sudah sosialisasikan KIPI itu meliputi apa saja. Jadi semakin masyarakat paham, tentu akan semakin banyak laporan yang masuk," kata Krisna saat dihubungi detikcom, Kamis (19/9/2017).
Dari 279 laporan yang masuk, lanjut Krisna, sasaran imunisasi yang mengalami efek samping ringan mulai dari demam, muntah hingga diare. Mereka cukup diberi obat dapat sembuh dan hanya menjalani rawat jalan. Sementara yang lainnya, ada 36 sasaran terpaksa harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit karena mengalami penurunan kondisi tubuh.
"Kami ada tim khusus yang menangani KIPI dan alhamdulillah semua sudah diberi tindakan medis dengan baik hingga kondisinya semakin normal," ungkapnya.
![]() |
Menurut Krisna, efek samping pasca imunisasi ini tiap anak akan berbeda. Namun semua itu intinya terletak pada sistem imunitas (kemampuan tubuh untuk mengelola kekebalan tubuhnya sendiri ) pada masing-masing anak.
Krisna juga tidak menampik fakta, masih ada penolakan dari orang tua terkait pemberian imunisasi MR ini pada anaknya. "Sasaran kami ada 250 ribu anak dan yang menolak itu tidak sampai 1%. Selain karena kurangnya pemahaman soal imunisasi ini, ada juga karena alasan keyakinan mereka," tuturnya.
Tterkait anak yang tidak bisa mendapat imunisasi karena penyakit bawaan, Krisna menjelaskan, sebenarnya anak dengan penyakit bawaan bisa mendapat imunisasi MR, namun harus seorang dokter spesialis yang memberikan suntikan.
Detikcom berusaha mencari penjelasan secara global dari Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Blitar, dr Christine Indrawati.
"Prinsipnya, dalam tubuh anak dengan kelainan atau penyakit bawaan, di dalam tubuhnya ada yang berbeda dengan anak normal. Kenapa anak dengan kelainan bawaan harus mendapat rekomendasi dokter spesialis anak, karena tidak semua anak dengan kelainan bawaan ini bisa langsung diimunisasi. Case by case," jelasnya saat dihubungi.
Anak yang tidak bisa mendapat imunisasi, menurut Christine, adalah anak dengan kelainan bawaan yang berhubungan dengan imunitasnya. Seperti penderita jantung, karena peredaran darahnya terganggu otomatis imunitasnya juga terganggu. Lalu anak dengan penyakit bawaan alergi dan anak dengan indikasi terserang Tuberkulosi (TB)
"Tapi anak TB kalau sudah menjalani terapi dan dinyatakan sembuh, berarti sudah bisa mendapat imunisasi ," jelasnya.
Sedangkan anak dengan kelainan bawaan namun masih bisa mendapat imunisasi. Contohnya anak yang lahir cacat fisik atau bibir sumbing luar.
"Kalau sumbingnya sampai ke dalam itu yang tidak boleh, karena dia pasti mengalami masalah dalam pencernaan. Makanya kenapa harus ke dokter spesialis, karena dokter ini yang paham bagaimana kondisi anak dengan kelainan atau penyakit bawaan itu," papar Christine. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini