Acara kilas balik di Hotel Yamato, yang saat ini sudah berubah menjadi Hotel Majapahit dihadiri veteran, Wali Kota Tri Rismaharini serta Kapolrestabes Kombes Pol M Iqbal. Mereka mengenakan pakaian ala pejuang sehingga tercipta suasana saat dulu.
Sebelum dilaksanakan teaterikal kilas balik perobekan bendera Belanda, terlebih dulu dilaksanakan upacara bendera yang dilanjutkan dengan menyanyikan lagu perjuangan.
Foto: Istimewa |
"Cik kurang ajar arek londho ngibarno merah putih biru nang bumi Suroboyo. Hei... Indonesia wes merdeka. Londho, dukno genderomu, Indonesia wes merdeka," rekaman suara disertai dentuman ledakan saat proses penyobekan bendera Belanda menjadi Merah Putih menggema di sekitar Hotel Yamato, Kamis (14/9/2017).
Para peserta dan undangan yang hadir tampak khidmat mengikuti serangkaian kilas balik yang diperankan para pemain teaterikal perobekan bendera Belanda.
Menurut Risma, refleksi perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato saat itu sebuah sejarah penting dalam mempertahankan kemerdekaan yang wajib diketahui generasi muda.
Foto: Zainal Effendi |
Ia berharap semangat yang dimiliki leluluhur pejuang yang rela berkorban bisa terus dimiliki generasi penerus untuk tetap berjuang meski sudah merdeka.
"Anak-anak muda meraka tidak boleh menyerah, mereka harus berani berjuang untuk merebutkan kemenangananya di masa-masa akan datang," kata Risma usai kilas balik.
Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya, Hartoyik mengharapkan agar para pemuda bisa memaknai peristiwa perobekan bendera ini dengan baik dan benar, karena penuh pengorbanan serta cucuran darah dan air mata.
"Dengan peristiwa perobekan bendera ini, wujud untuk ibu pertiwi yang 350 tahun dijajah, peristiwa ini bagaikan mercusuar yang menyinari terang yang diikuti seluruh negeri ini, untuk itu saya yakin kedepan para pemuda bisa membawa negeri ini dengan profesional," ungkapnya.
Foto: Zainal Effendi |












































Foto: Istimewa
Foto: Zainal Effendi
Foto: Zainal Effendi