Harus ekstra hati-hati saat memilih jalan. Kendaraan yang cocok untuk melalui jalan ini adalah mobil 4x4, atau roda dua jenis trail. Wilayah ini masuk daerah perkebunan, sehingga Pemkab Banyuwangi tidak memiliki wewenang untuk membangun jalan. Di dusun itu, terdapat dua sarjana yang tinggal dan mengajar di SDN 6 Alasbuluh.
Jalan itu yang harus dilalui Elmy Nurmufidah (22) alumni jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Jember dan Daimatul Makrifah (23) alumni Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jember. Mereka melakukan pengabdian untuk pendidikan. Keduanya merupakan peraih beasiswa Banyuwangi Cerdas dan saat ini mengajar di daerah terpencil melalui program Banyuwangi Mengajar.
Selama menjalani program Banyuwangi Mengajar, mereka harus tinggal dan menetap di dusun itu. "Jalannya sulit. Kami berdua tinggal di rumah warga, yang dekat dengan sekolah," kata Elmy, kepada wartawan, Senin (11/9/2017).
Keduanya tinggal di rumah salah satu guru tidak tetap di SDN 6 Alasbuluh. Tinggal dan mengajar di daerah terpencil, membutuhkan kesabaran dan keikhlasan ekstra. "Saya memang berniat menjadi guru. Itulah mengapa saya mengambil jurusan pendidikan agama sewaktu kuliah," kata Elmy.
Hal yang sama diungkapkan oleh Daimatul Makrifah. Menurut gadis asal Kecamatan Muncar Banyuwangi itu, menikmati segala keterbasan yang ada tempatnya mengajar. Apalagi penduduk setempat sangat mendukung keberadaannya. Bahkan ketika mereka pertama kali datang ke dusun ini, banyak penduduk yang menawarkan bantuan.
"Di sini penduduknya ramah-ramah. Mereka mendukung dan membantu kami," kata Daimatul Makrifah.
Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, program Banyuwangi Mengajar ini diperuntukkan untuk sekolah-sekolah yang berada di kawasan terpencil. Mereka yang mengajar, adalah mahasiswa lulusan dengan indeks prestasi (IP) rata-rata 3,5.
Selama kuliah mereka diberi beasiswa melalui program Banyuwangi Cerdas. Selain ditanggung biaya kuliah, tiap bulan mereka diberi uang saku Rp 600.000. Namun dengan syarat, setelah lulus harus mengajar di daerah terpencil, minimal selama satu tahun, melalui program Banyuwangi Mengajar. Selama mengajar, mereka digaji Rp 2 juta, lebih tinggi dari UMK Banyuwangi.
"Dengan cara seperti ini, sekolah-sekolah terpencil bisa memiliki guru yang berkualitas," kata Anas.
Hingga saat ini 700 anak Banyuwangi yang mengikuti program Banyuwangi Cerdas, dengan anggaran sekitar Rp 15 miliar. Dengan cara ini mereka bisa mendedikasikan ilmunya tidak hanya kepada anak-anak, tetapi juga masyarakat setempat.
"Paginya mereka mengajar di SD, selepas mengajar, mereka bisa terjun ke masyarakat. Misalnya menjadi guru ngaji, menjadi motivator ibu-ibu membuka usaha, dan hal positif lainnya," kata bupati berusia 44 tahun ini. (fat/fat)